Anak
oleh: Ebiet G. Ade
Aku temukan anak kecil kurus terkapar
Menutup wajah dengan telapak tangannya
Aku gamit ia terperanjat
melompat terbangun dan menatapku dengan nanar
Lantas berlari bersembunyi
di balik bayang-bayang pekat
Aku panggil ia dengan suara lembut
Dijulurkan kepala menatap curiga
Dari sudut matanya mengalir
tetes air bening bercampur dengan keringat
Dari tingkahnya yang gelisah,
dari bibirnya yang bergetar
ada yang ingin dikatakan
du du du du du du du du du du du du du du du du du
Aku rengkuh dalam pelukanku
Kutanya, "Apa gerangan yang terjadi?"
Sambil terisak diceritakan sejujurnya
Terpaksa ia mencuri karena lapar yang ditanggung
tak tertahankan lagi
Namun dari nama yang disandangnya
aku curiga ada yang tak wajar
Dan aku ingin tahu lebih jauh
du du du du du du du du du du du du du du du du du
Aku antar ia pulang kembali ke rumah
Betapa terkejut aku dibuatnya
Benarkah dari istana megah ini
dapat terlahir anak yang mirip gelandangan
Tapi setelah aku masuk di dalamnya
memang terasa ada yang hilang
Rumah ini tak ubahnya seperti neraka
Ayah ibunya sibuk sendiri nan cerai berai
Akhirnya ia pun memilih pergi
Barangkali di luar sana dapat dijumpai
Kasih sayang yang diimpikan, perhatian yang dibutuhkan
Nah, sekarang coba siapa yang salah?
du du du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du du du
Yang Telah Selesai
oleh: Ebiet G. Ade
Jangankan untuk berfikir
sedang mendengar pun enggan
Jeritan pilu lewat bagai angin
Jantungnya telah membeku ho
Jantungnya telah membeku
Lupa segala-galanya
tak merah, tak juga jingga
Rintihan kelu tak ubah nyanyian
Ibanya telah membatu ho
Ibanya telah membatu
Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t'lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,
bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan
Jangankan untuk menyapa
sedang menoleh pun enggan
Lampu jalanan perlahan padam
Dia hanya pantas dikenang ho
Dia hanya pantas dikenang
Sekali waktu terbangun
nafasnya tersendat-sendat
Sumpah serapah yang ia gumamkan
Dia hanya pantas dikenang ho
Dia hanya pantas dikenang
Semakin hari makin tak peduli
Semua harapan t'lah pupus
Matanya kosong, sinarnya binasa,
bibirnya rapat terkunci
Dia bukan milik kita lagi
terselubung dalam sepi
Masa lalunya begitu gelap
Benturan demi benturan
begitu berat menekan
Nyanyian Rindu
oleh: Ebiet G. Ade
Coba engkau katakan padaku
apa yang seharusnya aku lakukan
bila larut tiba wajahmu terbayang
Kerinduan ini semakin dalam
Gemuruh ombak di pantai Kuta
Sejuk, lembut angin di bukit Kintamani
Gadis-gadis kecil menjajakan cincin
tak mampu mengusir kau yang manis
Bila saja kau ada di sampingku,
sama-sama arungi danau biru
Bila malam mata enggan terpejam
Berbincang tentang bulan merah ho...
Du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du
Coba engkau dengar lagu ini
Aku yang tertidur dan tengah bermimpi
Langit-langit kamar jadi penuh gambar
wajahmu yang bening, sejuk, segar
Kapan lagi kita akan bertemu
meski hanya sekilas kau tersenyum?
Kapan lagi kita nyanyi bersama?
Tatapanmu membasuh luka, ho...
Du du du du du du du du du du du du du du du
du du du du du du du du du du du du du du du
Cintaku kandas di rerumputan
oleh: Ebiet G. Ade
Aku mulai resah menunggu engkau datang
Berpita jingga, sepatu hitam
Kau bawa cinta yang kupesan ho...
Aku mulai ragu dengan keberanianku
Berapa cinta kau tawarkan?
Berapa banyak yang kau minta? Ha
Aku merasa terjebak dalam lingkaran membiusku
namun dorongan jiwa tak sanggup kutahan
Iblis manakah yang merasuk
aku memilih cara ini?
Mungkin karena 'ku merasa tak punya apa-apa
Dan ketika engkau datang
aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Kuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh mungkin
Cintaku kandas di rerumputan
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du
Aku mulai sadar cinta tak mungkin kukejar
Akan kutunggu, harus kutunggu
sampai saatnya giliranku
Dan ketika engkau datang
aku pejamkan mataku
Samar kudengar suaramu lembut memanggil namaku
Seketika sukmaku melambung
Kuputuskan untuk berlari menghindarimu sejauh mungkin
Cintaku kandas di rerumputan
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du
ho ho ho ho ho ho ho ho ho
du du du du du du du du du
du du du du du du ho ho ho ho
du du du du du du du du du du du du du du du
Asmara Satu Ketika
oleh: Ebiet G. Ade
(hm... ho ha ha..) hu......
Ketika kubuka jendela kegetiran datang menyergap, ah
Apakah karena hembusan angin bawa aroma rumput basah?
Gemuruh air hujan menumpas nyanyianku
tentang asmara yang sirna terkubur dalam dada
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati
Ketika 'ku berjalan sendiri menyusuri sungai berliku
Apakah langkah kubawa ke hulu ataukah ke muara?
Gemuruh suara hati menikam kebisuan
ketika cintaku kandas terkubur dalam jiwa
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati
(hm... ha ha hu hu hu hu hu) hu......
Gemuruh air hujan menumpas nyanyianku
tentang asmara yang sirna terkubur dalam dada
Aku kembali terduduk di atas kebekuan bara hati
Oh, malam dengarkanlah syair dari nyanyianku
Barangkali akan dapat menolongku
Coba bawakan dia meski hanya lewat mimpi
Oh, kelam bicaralah, ho ho, demi semi cintaku
hu ho.... ho ho ho ho demi semi cintaku
hu ho.... ho ho ho ho demi semi cintaku
hm....... hm hm demi semi cintaku
hu ho.... ho ho ho ho demi semi cintaku
Seberkas Cinta Yang Sirna
oleh: Ebiet G. Ade
Masih sanggup untuk kutahankan
Meski telah kau lumatkan hati ini
Kau sayat luka baru di atas duka lama
Coba bayangkan betapa sakitnya
Hanya Tuhanlah yang tahu pasti
apa gerangan yang bakal terjadi lagi
Begitu buruk telah kau perlakukan aku
Ibu, menangislah demi anakmu
Sementara aku tengah bangganya
mampu tetap setia meski banyak cobaan
Begitu tulusnya kubuka tanganku
Langit mendung, gelap malam untukku
Ternyata mengagungkan cinta
harus ditebus dengan duka lara
Tetapi akan tetap kuhayati
hikmah sakit hati ini
telah sempurnakan kekejamanmu
Petir menyambar hujan pun turun
Di tengah jalan sempat aku merenung
Masih adakah cinta yang disebutkan cinta
bila kasih sayang kehilangan makna?
Ternyata mengagungkan cinta
harus ditebus dengan duka lara
Tetapi akan tetap kuhayati
Hikmah sakit hati ini
Telah sempurnakan kekejamanmu
Lagu Untuk Sebuah Nama
oleh: Ebiet G. Ade
Mengapa jiwaku mesti bergetar
Sedang musikpun manis kudengar
Mungkin karena kulihat lagi
Lentik bulu matamu
Bibirmu dan rambutmu yang kau biarkan
Jatuh berderai di keningmu
Makin mengajakku terpana
Kau goreskan gita cinta
Mengapa aku mesti duduk disini
Sedang kau tepat didepanku
Mestinya kau berdiri berjalan kedepanmu
Kusapa dan kunikmati wajahmu
Atau kuisyaratkan cinta
Tapi semua tak kulakukan
Kata orang cinta mesti berkorban
Mengapa dadaku mesti bergoncang
Bila kusebutkan namamu
Sedang kau diciptakan bukanlah untukku
Itu pasti tapi aku tak mau perduli
Sebab cinta bukan mesti bersatu
Biar kucumbui bayanganmu
Dan kusandarkan harapanku
Jatuh berderai dikeningmu
Elegi Esok Pagi
oleh: Ebiet G Ade
Izinkanlah kukecup kenigmu
Bukan hanya ada didalam angan
Esok pagi kau buka jendela
Kan kau dapati seikat kembang merah
Engkau tahu aku mulai bosan
Bercumbu dengan bayang-bayang
Bantulah aku temukan diri
Manyambut pagi membuang sepi
Izinkanlah aku kenang sejenak perjalanan oh oh oh oh....
Dan biarkan kumengerti
Apa yang tersimpan dimatamu oh oh.......
Barangkali di tengah telaga
Ada tersisa butiran cinta
Dan semoga kerinduan ini
Bukan jadi mimpi di atas mimpi
Izinkanlah aku rindu pada hitam rambutmu oh oh oh oh......
Dan biarkan ku bernyanyi
Demi hati yang risau ini oh oh......
Senandung Pucuk Pucuk Pinus
oleh: Ebiet G. Ade
Bila kita tak segan mendaki
lebih jauh lagi
Kita akan segera rasakan
betapa bersahabatnya alam
Setiap sudut seperti menyapa
Bahkan teramat akrab
Seperti kita turut membangun
Seperti kita yang merencanakan
Pucuk-pucuk pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
datang hembusan angin, ho...
Sempurnalah segalanya
Bila kita tak segan menyatu
lebih erat lagi
Kita akan segera percaya
Betapa bersahajanya alam
Lumpur kering adalah pedoman
untuk temukan jalan
Dan butir embun adalah lentera
dalam segenap kegelapan
Pucuk-pucuk pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
datang hembusan angin, ho...
Sempurnalah segalanya
Pucuk-pucuk pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
datang hembusan angin, ho...
Sempurnalah segalanya
Dosa Siapa Ini Dosa Siapa
oleh: Ebiet G. Ade
Kudengar suara jerit tangismu
Sesepi gunung
Kulihat bening bola matamu
Sesejuk gunung
Oh, engkau anakku
yang menanggungkan noda
Sedang engkau terlahir
mestinya sebening kaca
Apa yang dapat kubanggakan?
Kata maafku pun belum kau mengerti
Dosa siapa? Ini dosa siapa?
Salah siapa? Ini salah siapa?
Mestinya aku tak bertanya lagi
Kudengar ceria suara tawamu
menikam jantung
Kulihat rona segar di pipimu
Segelap mendung
Oh, engkau anakku
yang segera tumbuh dewasa
Dengan selaksa beban
mestinya sesuci bulan
Apa yang dapat kudambakan?
Kata sesalku pun belum kau mengerti
Dosa siapa? Ini dosa siapa?
Salah siapa? Ini salah siapa?
Jawabnya ada di relung hati ini
Nyanyian Suara Hati
oleh: Ebiet G. Ade
Seringkali aku merasa jengah dan sungkan
bicara tentang saudara kita
yang terhimpit derita kemiskinan
Sebab sesungguhnya mereka mungkin
lebih terhormat di mata alam
Sebab sesungguhnya mereka mungkin
lebih berharga di mata Tuhan
Kadangkala aku bahkan merasa cemburu
melihat senyum polos dan lepas
meski sambil menahan kelaparan
Maka sesungguhnya mereka lebih kaya
meskipun tanpa harta
Maka sesungguhnya mereka lebih bahagia
Dapat mensyukuri yang dimiliki
Sesungguhnyalah aku ingin belajar
sikap mereka menjalani hidup
Angin, tolonglah bawakan aku
sepotong kertas dan pena tajam
Akan kutulis tebal-tebal
pelajaranmu lewat diam
Kadangkala aku bahkan merasa cemburu
melihat senyum polos dan lepas
meski sambil menahan kelaparan
Maka sesungguhnya mereka lebih kaya
meskipun tanpa harta
Maka sesungguhnya mereka lebih bahagia
Dapat mensyukuri yang dimiliki
Sesungguhnyalah aku ingin belajar
sikap mereka menjalani hidup
Angin, tolonglah bawakan aku
sepotong kertas dan pena tajam
Akan kutulis tebal-tebal
pelajaranmu lewat diam
Akan kusimpan dalam-dalam
pelajaranmu lewat diam
Senandung Jatuh Cinta
oleh: Ebiet G. Ade
Rambutmu yang hitam panjang
Jatuh di bahu
Kadang luruh di ujung dagu
Bila engkau tertunduk
Jemari tanganmu lentik
Lembut memainkan gitar
Nampaknya rembulan pun terkesima
Lewat satu lagu
Tak usai kau nyanyikan
Perlahan kau tengadahkan wajah
Sibakkan rambutmu
Matamu tajam berbinar
Tembusi kegelapan malam
Burung gagak pun jadi enggan terbang
Sedetik ku tertegun dalam kesendirian
Gelap kelam membentang di depan mata
Burung-burung pipit terbanglah menjauh
Khabarkan pada awan cerita ini:
"Aku lagi jatuh cinta
Pada gadis kecil yang memainkan gitar"
Ombak di laut
Perdu di belantara
Kadang mampu menyatu
Dalam satu lagu
Begitu pun yang ku harap
Dapat mempersempit jarak
Sikapku dan sifat kekanakanmu.
Untukmu Kekasih
oleh: Ebiet G. Ade
Ingin berjalan berdua denganmu kekasih
Lewati malam setelah usai rinai gerimis
Lelawajadi luruh dengan rumput biru
Jemari tangan kita lekat jadi satu
Pipimu memerah hasratku merekah
Kenapakah waktu tertinggal jauh?
Ku katakan kepadamu tentang hijau huma
Yang bakal kita kerjakan dengan sederhana
Kita segera akrab dengan sinar pagi
Nyanyikan kupu-kupu hinggap dirambutmu
Tersenyum kamu tertawalah aku
Kenapakah waktu tertinggal jauh?
Malam suntingkan rembulan untukku
Agar cinta tak berpaling dariku
Lama aku pelajari satu puisi
Sayang bila hanya angin yang mengerti
Oh burung bernyanyilah
Demi terjalin cinta oh… oh… oh…
Episode Cinta Yang Hilang
oleh: Ebiet G. Ade
Ke manakah akan kucari lagi
butir-butir cintaku yang lama kubuang?
Apakah pada gelombang lautan
atau hiruk pikuk jalanan?
Semua sungai ingin kususuri,
semua bukit akan kudaki,
semua padang belantara akan kutembus
Harus kutemukan lagi sebutir cintaku yang hilang
ditelan dusta kemarau panjang
Kapankah akan kudengar lagi
nyanyian angin dan denting gitarmu?
Apakah pada pancaran rembulan
atau tubuh-tubuh panas jalanan?
Semua bumi ingin kujejaki,
semua langit akan kudaki,
semua bintang-bintang akan kutembus
Harusku temukan lagi sebutir cintaku yang hilang
Ditelan dusta kemarau panjang
Jakarta II
oleh: Ebiet G Ade
Ada yang difikirkan sebelum tertidur
Anaknya yang mungil dan bermata jernih
Ada yang disesali kenapa berangkat
Tinggalkan kampung halaman yang ramah tamah
Dikenang kembali wajah bulat telur istrinya
dengan lengan yang legam dan rambut kemerahan terbakar matahari
Seperti didengar lagi gerit daun pintu bambu,
lenguh sapi perahan, dan anak-anak angsa bermain di halaman
Apa yang dibayangkan tentang Jakarta
ternyata sangatlah jauh berbeda
Apa yang diimpikan terpaksa ditanggalkan
Semangatnya yang membara perlahan padam
Kini ia tidur terlentang di pinggiran jalan
Berselimut sarung tua bekal dari kerabatnya yang masih tersisa
Ingin ditulis sepucuk surat buat istrinya
bahwa di Jakarta ini bukanlah tempat yang ramah
dan dia ingin kembali
Tapi sebagai lelaki ia pantang menyerah
Meski badai melanda ia terus melangkah
Ada sepotong doa tersimpan di saku
Kenangan merah jingga memaksanya bertahan
Kontradiksi Di Dalam
oleh: Ebiet G. Ade
Aku sering merasa kesal serta bosan
menunggu matahari bangkit dari tidur
Malam terasa panjang dan tak berarti
sementara mimpi membawa pikiran makin kusut
Maka wajar saja bila aku
berteriak di tengah malam
Itu hanya sekedar untuk mengurangi
beban yang memberat di kedua pundakku
Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagi
untuk kucanda dan kucumbu
Di situ kudapat cintaku
Aku sering merasa muak serta sedih
bila setiap kali harus kusaksikan
wajah-wajah dusta masih tega tertawa
sementara korban merintih di kedua kakinya
Aku ingin segera bertemu dengan wajahmu, pagi
untuk kucanda dan kucumbu
Di situ kudapat cintaku
Kalian Dengarkah Keluhanku
oleh: Ebiet G Ade
Dari pintu ke pintu kucoba tawarkan nama
demi terhenti tangis anakku dan keluh ibunya
Tetapi nampaknya semua mata memandangku curiga
seperti hendak telanjangi dan kulit jiwaku
Apakah buku diri ini selalu hitam pekat?
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan?
Sedang Tuhan di atas sana tak pernah menghukum
dengan sinar mataNya yang lebih tajam dari matahari
Kemanakah sirnanya nurani embun pagi
yang biasanya ramah kini membakar hati?
Apakah bila terlanjur salah
akan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali
Kembali dari keterasingan ke bumi beradab
ternyata lebih menyakitkan dari derita panjang
Tuhan, bimbinglah batin ini agar tak gelap mata
dan sampaikanlah rasa inginku kembali bersatu
Ke manakah sirnanya nurani embun pagi
yang biasanya ramah kini membakar hati?
Apakah bila terlanjur salah
akan tetap dianggap salah?
Tak ada waktu lagi benahi diri
Tak ada tempat lagi untuk kembali
Orang-Orang Terkucil
oleh: Ebiet G. Ade
Dari sudut-sudut mataku
Mengalir butir air bening
Kuhapus dengan rambut anakku
Yang tidur dipeluk ibunya
Hari demi hari kulewati
Usai sudah hukumanku
Kuayun langkah kebebasan
Kuhirup nafas kerinduan
Kini aku pulang
Semoga dapat diterima
Ingin kubuktikan maknanya bertobat
Seperti impianku
Akan kubangun kecerahan
Kubaktikan sisa hidup untuk kebajikan
Namun ternyata apa yang kuterima
Semburan ludah sumpah serapah
Dalam kegelapan mata ini
Dukaku panas terbakar
Apapun yang di depanku
Rasanya ingin kuhempaskan
Betapa aku terluka
Perjuanganku sia-sia
Apakah orang sepertiku
Harus terkucil selamanya
Ke manakah
Harus kubuang kegetiran
Langit yang kutatap pun
Berpaling dariku
Di manakah
Keluhanku akan didengar
Semua jalan telah tertutup
Buat namaku
Yang kupelajari dari buku suci
Tak ada kata terlambat untuk bertobat
Nyatanya jiwaku tetap terpidana
Sesungguhnya aku telah mati
Dalam hidup
Masih Ada Waktu
oleh: Ebiet G. Ade
Bila masih mungkin kita menorehkan batin
Atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
Mumpung masih ada kesempatan buat kita
Mengumpulkan bekal perjalanan abadi
Hoo..oo..du..du...du..ouoo...ouoo
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang tertimbun tanah
Tentu ada hikmah yang harus kita petik
Atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasihnya hanya atas kehendaknya kita masih bertemu matahari
Kepada rumpun di lalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
Sampai kapankah gerangan
Waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti
Yang terbaik hanyalah segera bersujud mumpung kita masih di beri waktu
Nyanyian Kasmaran
oleh: Ebiet G. Ade
Sejak engkau bertemu lelaki bermata lembut
Ada yang tersentak dari dalam dadamu
Kau menyendiri duduk dalam gelap
Bersenandung nyanyian kasmaran
Dan tersenyum entah untuk siapa
Nampaknya engkau tengah mabuk kepayang
Kau pahat langit dengan angan-angan
Kau ukir malam dengan bayang-bayang
Jangan hanya diam kau simpan dalam duduk termenung
Malam yang kau sapa lewat tanpa jawab
Bersikaplah jujur dan tebuka
Tumpahkanlah perasaan yang sarat dengan cinta
Yang panas bergelora
Barangkali takdir tengah bicara
Ia diperuntukkan buatmu
Dan pandangan matanya memang buatmu
Mengapa harus sembunyi dari kenyataan
Cinta kasih sejati kadang datang tak terduga
Bergegaslah bangun dari mimpi
Atau engkau akan kehilangan
Keindahan yang tengah engkau genggam
Anggap saja takdir tengah bicara
Ia datang dari langit buatmu
Dan pandangan matanya khusus buatmu
Camelia 1
oleh: Ebiet G. Ade
Dia Camelia
puisi dan pelitamu
kau sejuk seperti titik embun membasahi daun jambu
di pinggir kali yang bening
sayap-saayapmu kecil lincah berkeping
seperti burung camar
terbang mencari tiang sampah
tempat berpijak kaki dengan pasti
mengarungi nasibmu
mengikuti arus air berlari
dia Camelia
engkaukah gadis itu
yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi di setiap tidurku
datang untuk hati yang kering dan sepi
agar bersemi lagi
hmm ... bersemi lagi
kini datang mengisi hidup
ulurkan mesra tanganmu
bergetaran rasa jiwaku
menerima harum namamu
Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia
Camelia oh Camelia
Bingkai Mimpi
oleh: Ebiet G. Ade
Dalam kepekatan mimpiku
wajahMu tersembunyi
Alam semesta, matahari, bintang, rembulan
Semua datang sujud buatMu
Menikam cinta paling dalam
Du du du du du du du
du du du du du
Dari sudut manakah gerangan
aku dapat segera mulai
melukiskan Engkau yang kasat mata namun ada
Bahkan mengalir dalam darah
Hidup t'lah kujanjikan buatmu
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kelancangan mimpiku
Dalam kesejukan nafasMu
aku khusyuk sembahyang
Barangkali dapat kutafsirkan makna firmanMu
Peluklah aku dalam damai,
siramilah dengan cinta
Garis-garis aku satukan
menampilkan watak yang beringas
Titik-titik aku kumpulkan
menampilkan rona geriap
Terlalu jauh dari wajahMu
yang agung, teduh, dan kasih
Kini kuyakini sepenuhnya Engkau tak mungkin kugambar
Tinggal kumohon ampunanMu atas kedangkalan mimpiku
Du du du du du du du du
du du du du du du du du
du du du du du du du
du du du du du
Tentang Seorang Sahabat
oleh: Ebiet G. Ade
Ibu, izinkanlah aku bicara
Dengarkanlah dan jangan kau hentikan
cerita yang hendak aku paparkan
Dan semestinya engkau dapat mengerti
cintaku telah menggumpal dan membeku di dalam dada
Ibu, biarkan aku jadi lelaki
Rasanya aku telah cukup dewasa
dan akan bijak mengambil keputusan
Jangan kau kurung dengan peraturanmu
Berikan kebebasan untuk memilih tambatan hati
Ibu, kemarin aku bertemu dia,
gadis sempurna mengguncangkan hati
Ibu, izinkan aku jatuh cinta
Jangan kaupaksa atas pilihanmu
Lihatlah betapa aku hanya gemetar,
mulutku kelu, wajah bagai terbakar
Ombak bergulung dan angin di pantai saksi kegagalanku
Ibu, ke manakah wajah harus kusembunyikan?
Aku yang dilahirkan sebagai lelaki
tak mampu memandang apalagi bicara
Belenggu ini terlalu erat mengikat
Telah punah kejantanan yang kumiliki
Semoga kau mengerti
Ibu, kemarin aku bertemu dia,
gadis sempurna mengguncangkan hati
Ibu, izinkan aku jatuh cinta
Jangan kaupaksa atas pilihanmu
Lihatlah betapa aku hanya gemetar,
mulutku kelu, wajah bagai terbakar
Ombak bergulung dan angin di pantai saksi kegagalanku
Hidup 1
oleh: Ebiet G. Ade
Pernah kucoba untuk melupakan Kamu
Dalam setiap renunganku
Melupakan semua yang Kau goreskan
Pada telapak tanganku
Dan juga kucoba untuk meyakinkan fikiranku
Bahwa sebenarnya Engkau tak pernah ada
Bahwa bumi dan isinya ini tercipta kerana
memang harus tercipta
Bahwa Adam dan Hawa tiba-tiba saja turun
Tanpa kerana makan buah khuldi dahulu
Dan aku lahir juga bukan kerana campur tanganMu
Hanya kerana ibu memang seharusnya melahirkanku
Tetapi yang kurasakan kemudian
Hidup seperti tak bererti lagi
Dan ternyata bahawa hanya kasih sayangMu
Yang mampu membimbing tanganku
Oh oh yang mampu membimbing tanganku
Tuhan maafkanlah atas kelancanganku
Mencoba meninggalkanMu
Sekarang datanglah Engkau bersama angin
Agar setiap waktu aku bisa menikmati kasihMu 2X
Frustasi
oleh: Ebiet G. Ade
Semalaman
aku terbaring di sini
di balik dinding
bambu yang tua aku sendiri
Buku jariku
meregang, aku ingin berdiri
tapi bulu kudukku
menari lembut dihembus angin
Aku bernyanyi untuk menahan letih
Bukan jatuh cinta padamu, gadis manis
Telah kupejamkan semua mata
bagi cinta kasih yang gemerlapan
Biar kubenahi hasrat di hati
Ke mana pun langkah 'kan kubawa lari
Tubuh dan sukmaku yang dalam sakit
dibakar semangat bumi yang semakin
tak bisa kumengerti
Sekarang pun
aku masih ragu-ragu
mesti ke manakah
mataku memandang jauh?
Aku bernyanyi untuk menahan letih
Bukan jatuh cinta padamu, gadis manis
Telah kupejamkan semua mata
bagi cinta kasih yang gemerlapan
Biar kubenahi hasrat di hati
Ke mana pun langkah 'kan kubawa lari
Tubuh dan sukmaku yang dalam sakit
dibakar semangat bumi yang semakin
tak bisa kumengerti
Nyanyian Pendek Buat Anak Manis Berambut Panjang
oleh: Ebiet G. Ade
Mestinya aku gembira
banyak gadis yang memandangku
Ada yang cantik dan ada yang manis
Ada yang lincah, ada pula yang diam
Semua menjanjikan kasih sayang
Mestinya aku tertawa
bila mereka bercanda
Menghibur diri demi membunuh sepi
Bayang-bayang hitam lekat saja memburu
Kapankah terbuka selimut rindu?
Anak manis berambut panjang,
selintas kau datang
Tinggalkan merah goresan cinta
Tak gampang 'ku lupa
Anak manis, tengok jantungku
yang menyimpan rindu
Anak manis, sambut tanganku, usirlah mimpiku
Sanggupkah kutunggu kerling mata bermakna?
Dengar denting harpa menikam pagi buta
Salahkah bila aku jatuh cinta?
Mestinya engkau bertanya
gadis mana yang menawanku
Matanya bening, polos sikap, dan jujur
Tak berlebihan menangkap kasih sayang
Inikah pertanda kabut terbuka?
Anak manis berambut panjang,
selintas kau datang
Tinggalkan merah goresan cinta
Tak gampang 'ku lupa
Anak manis, tengok jantungku
yang menyimpan rindu
Anak manis, sambut tanganku, usirlah mimpiku
Sanggupkah kutunggu kerling mata bermakna?
Dengar denting harpa menikam pagi buta
Salahkah bila aku jatuh cinta?
Cita Cita Kecil Si Anak Desa
oleh: Ebiet G. Ade
Aku pernah punya cita-cita hidup jadi petani kecil
Tinggal di rumah desa dengan sawah di sekelilingku
Luas kebunku sehalaman 'kan kutanami buah dan sayuran
Dan di kandang belakang rumah kupelihara bermacam-macam peliharaan
Aku pasti akan hidup tenang, jauh dari bising kota yang kering dan kejam
Aku akan turun berkebun mengerjakan sawah ladangku sendiri
dan menuai padi yang kuning bernas dengan istri dan anakku
Memang cita-citaku sederhana sebab aku terlahir dari desa
Istriku harus cantik, lincah, dan gesit
Tapi ia juga harus cerdik dan pintar
Siapa tahu nanti aku 'kan terpilih jadi kepala desa
'kan kubangkitkan semangat rakyatku dan kubangun desaku
Desaku pun pasti mengharap aku pulang
Akupun rindu membasahi bumi dengan keringatku
Tapi semua itu hanyalah tergantung padaNya jua
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-cita
Tapi aku merasa bangga setidak-tidaknya ku punya cita-cita
Nyanyian Bumi Seberang (Bumi Ni Pasogit)
oleh: Ebiet G. Ade
Menyeberangi danau biru terbentang
bersama istri dan anakku belayar
Singgah di sana, di pulau yang terpencil
di tengah hamparan telaga, menyimpan keindahan
Dan aku pun terperangah ada yang menegurku
Selintas layaknya ia marah dan membentak
Namun ternyata dari sinar matanya
terpancar ketulusan sikap bersahabat
Aku ingin hening dan pejamkan mata
untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
meskipun alam tak banyak membantu
namun kegigihan sanggup merubah
tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Dan esok harinya kami mendaki
untuk menikmati keindahan dari bukit
dan di sana di tengah lingkaran air
mereka gigih bertahan semangat baja
Aku ingin hening dan pejamkan mata
untuk menyimpan apa yang kusaksikan
Suling berserak bercampur songket dagangan
Bertahan dalam kasih bumi leluhur
meskipun alam tak banyak membantu
namun kegigihan sanggup merubah
tandus tanah ini ladang kehidupan
Aku pun terkesima dan enggan pulang
Camelia 3
oleh: Ebiet G Ade
Di sini dibatu ini
Akan kutuliskan lagi
Namaku dan namamu
Maafkan bila waktu itu
Dengan tuliskan nama kita
Kuanggap engkau berlebihan
Sekarang setelah kau pergi
Kurasakan makna tulisanmu
Meski samar tapi jelas tegas
Engkau hendak tinggalkan kenangan
Dan kenangan
Disini kau petikkan kembang
Kemudian engkau selitkan
Pada tali gitarku
Maafkan bila waktu itu
Kucabut dan kubuang
Kau pungut lagi dan kau bersihkan
Engkau berlari sambil menangis
Kau dakap erat kembang itu
Sekarang baru aku mengerti
Ternyata kembangmu kembang terakhir
Yang terakhir
Oh Camelia, katakanlah ini satu mimpiku
Oh oh oh oh oh
Camelia, maafkanlah segala silap dan salahku
Disini dikamar ini
Yang ada hanya gambarmu
Kusimpan dekat dengan tidurku
Dan mimpiku
Dia Lelaki Ilham Dari Sorga
oleh: Ebiet G Ade
Dia yang berjalan melintasi malam
adalah dia yang kemarin dan hari ini
akan selalu menjadi ribuan cerita
karena dia telah menempuh semua perjalanan
Dia berjalan dengan kakinya,
dia berjalan dengan tangannya,
dia berjalan dengan kepalanya
tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan pikirannya
Dia jelajahi jagat raya ini
dengan telanjang kaki dan tubuh penuh daki
Meskipun ia lebih lapar dari siapapun,
meskipun ia lebih sakit dari siapapun
ia menempuh lebih jauh dari siapapun
Meskipun ia lebih miskin dari siapapun,
meskipun ia lebih nista dari siapapun
Tetapi ternyata ia lebih tegak perkasa dari siapapun
Batu-batu seperti menyingkir
sebelum ia datang, sebelum ia lewat
Semak-semak seperti menguak
sebelum dia injak, sebelum dia menyeberang
Ia berjalan dengan matanya,
ia berjalan dengan perutnya,
ia berjalan dengan punggungnya
tetapi ternyata ia lebih banyak berjalan dengan fikirannya
Gadis-gadis selalu menyapa
karena dia tampan meskipun penuh luka
Kata-katanya tak bisa dimengerti
Tetapi selalu saja akhirnya terbukti
ia lelaki gagah perkasa,
ia lelaki ilham dari sorga,
ia lelaki yang selalu berkata,
"bahwa kita pasti akan kembali lagi kepadaNya."
du du du du du du du du du du du du
Cinta Sebening Embun
oleh: Ebiet G. Ade
Pernahkah engkau coba menerka
apa yang tersembunyi di sudut hati?
Derita di mata, derita dalam jiwa
kenapa tak engkau pedulikan?
Sepasang kepodang terbang melambung
Menukik bawa seberkas pelangi
Gelora cinta, gelora dalam dada
kenapa tak pernah engkau hiraukan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun deras mengalir
cemerlang sebening embun
du du du du du du du du du du hu
Pernahkah engkau coba membaca
sorot mata dalam menyimpan rindu?
Sejuta impian, sejuta harapan
kenapakah mesti engkau abaikan?
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
Kasih pun deras mengalir
cemerlang sebening embun
Selama musim belum bergulir
Masih ada waktu untuk saling membuka diri
sejauh batas pengertian
Pintu tersibak, cinta mengalir sebening embun
ho ho hu hu hu hu hu hu
du du du du du du du du
du du du du du du du du
Ada Yang Tak Mampu Kulupa
oleh: Ebiet G. Ade
Ada yang tak mampu kulupa
bulu lembut di keningmu
yang meremang kala kukecup
dan ketika kusibak rambutmu
Ada yang tak hendak kubuang
serangkaian kenang-kenangan
yang tergambar di gelap malam
dan tersimpan di pucuk daunan
reff.
Langit di atas simpang jalan
menemaniku bernyanyi
bagai gejolak pohon nan runtuh
bersama gitar bersama sepi
bersama luka dan cinta
aku masih sempat bernyanyi lagi
Ada yang mesti kupikir lagi
melepas dendam dan sakit hati
dan berjuang membunuh benci
Tuhan, jagalah tanganku ini
Nyanyian Ombak
oleh: Ebiet G. Ade
Kau campakkan dan kau terlantarkan
kembang yang kupersembahkan kepadamu
sepenuh hati
:Kau diamkan bahkan kau tinggalkan
:Aku yang tertegun di dalam rindu,
:di dalam sepi
:Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu
:layaknya musim ini berkaca pada sikapmu?
:Ranting-ranting patah gemertak
:Belalang pun terbang mencari hijau
:Sisi ladangku tak lagi subur
:Untuk tumbuhkan cinta kasihmu
:Kau dengarkan dan coba renungkan
:gelombang di laut nyanyikan rindu
:menikam kalbu
:Benarkah telah kering kasih sayang di jantungmu
:layaknya musim ini berkaca pada sikapmu?
:Ranting-ranting patah gemertak
:Belalang pun terbang mencari hijau
:Sisi ladangku tak lagi subur
:Untuk tumbuhkan cinta kasihmu
Kau dengarkan dan coba renungkan
gelombang di laut nyanyikan rindu
menikam kalbu
Camelia 4
oleh: Ebiet G. Ade
Senja hitam ditengah ladang
Dihujung permatang engkau berdiri
Putih diantara ribuan kembang
Langit diatas rambutmu
Merah tembaga
Engkau memandangku
Bergetar bibirmu memanggilku
Basah dipipimu air mata
Kerinduan, kedamaian oh
Batu hitam diatas tanah merah
Disini akan kutumpahkan rindu
Kugenggam lalu kutaburkan kembang
Berlutut dan berdoa
Syurgalah ditanganmu, Tuhanlah disisimu
Kematian adalah tidur panjang
Maka mimpi indahlah engkau
Camellia, Camellia oh
Pagi, engkau berangkat hati mulai membatu
Malam, kupetik gitar dan terdengar
Senandung ombak dilautan
Menambah rindu dan gelisah
Adakah angin gunung, adakah angin padang
Mendengar keluhanku, mendengar jeritanku
Dan membebaskan nasibku
Dari belenggu sepi
Titip Rindu Buat Ayah
oleh: Ebiet G Ade
Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm...
Meski nafasmu kadang tersengal
memikul beban yang makin sarat
kau tetap bertahan
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Ayah, dalam hening sepi kurindu
untuk menuai padi milik kita
Tapi kerinduan tinggal hanya kerinduan
Anakmu sekarang banyak menanggung beban
Engkau telah mengerti hitam dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar, legam terbakar matahari
kini kurus dan terbungkuk hm...
Namun semangat tak pernah pudar
meski langkahmu kadang gemetar
kau tetap setia
Nyanyian Cinta Satu Ketika
oleh: Ebiet G. Ade
Jangan coba bicara, mari kita renungkan
Di dalam sepiku kau diam
Terkubur di batas langit, tersapu debu jalanan
Semua duka kita tinggal
Dengar aku yang bernyanyi, pasti bagi kamu
Ikrarkan kita tak lagi bertengkar
Pegang erat tanganku dan jangan lepaskan
Ikatkan benang kasih sayang
Nampaknya mendung segera lewat, matahari bersinar
Semuanya telah dirancang untuk menyambut kita
Tersenyumlah, mari tersenyum
Hari ini milik kita
du du du du du hm.... hm hm hm hm hu...
Jangan paksa menangis, mari kita fikirkan
Sejarah usang kita buang
Senandungkan satu lagu, agar semua kembang mekar
Harumkan jiwa cinta kita
Dengar aku yang bernyanyi, pasti bagi kamu
Ikrarkan kita tak lagi bertengkar
Pegang erat tanganku dan jangan lepaskan
Ikatkan benang kasih sayang
Nampaknya mendung segera lewat, matahari bersinar
Semuanya telah dirancang untuk menyambut kita
Tersenyumlah, mari tersenyum
Hari ini milik kita
du du du du du hu... hm.... hu...
du du du du du hu...
Aku Ingin Pulang
oleh: Ebiet G. Ade
Kemanapun aku pergi
Bayang bayangmu mengejar
Bersembunyi dimanapun
S'lalu engkau temukan
Aku merasa letih dan ingin sendiri
Ku tanya pada siapa
Tak ada yang menjawab
Sebab semua peristiwa
Hanya di rongga dada
Pergulatan yang panjang dalam kesunyian
Aku mencari jawaban di laut
Ku sadari langkah menyusuri pantai
Aku merasa mendengar suara
Menutupi jalan
Menghentikan petualangan
Du du du
Kemanapun aku pergi
Selalu ku bawa bawa
Perasaan yang bersalah datang menghantuiku
Masih mungkinkah pintumu ku buka
Dengan kunci yang pernah kupatahkan
Lihatlah aku terkapar dan luka
Dengarkanlah jeritan dari dalam jiwa
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku ingin pulang uhuu
Aku harus pulang uhuu
Aku harus pulang
Cinta Di Kereta Biru Malam
oleh: Ebiet G. Ade
Semakin dekat aku memandangmu,
semakin tegas rindu di keningmu
Gelora cinta membara di pipimu
Gemercik hujan di luar jendela
Engkau terpejam bibirmu merekah
mengisyaratkan hasrat di tanganmu
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
Penahan dingin di kereta Biru Malam
Kau nyalakan gairah nafsuku, kau hela cinta di dadaku
hm..
Kau ciptakan musik irama tra la la la la la la
Kau ciptakan gerak irama tra la la la la
Kau ciptakan panas irama tra la la la la la la
Kau ciptakan diam irama tra la la la la ha ha ha ha
la la la la hm hm la la la la hm hm la la la la
Butir keringat basah bersatu
Deru nafas birahi pun bersatu
Kereta makin pelan dan berhenti hm hm
Kuulurkan lembut tanganku, kubenahi kusut gaunmu
Engkau tersenyum pahit dan menangis
Selimut biru yang kau ulurkan kepadaku
kini basah bersimbah peluh kita berdua
Kuhempaskan lelah tubuhku, kubuang cinta di dadaku
hm..
Kuciptakan janji irama tra la la la la la la
Kuciptakan ingkar irama tra la la la la
Kuciptakan dosa irama tra la la la la la la
Kuciptakan diam irama tra la la la ha ha ha ha
la la la la hm hm la la la la hm hm la la la la
Di Manakah Matahariku
oleh: Ebiet G. Ade
Pokok pinus di tengah hutan
terduduk ia sendiri
menjerit tak bersuara
Angin gunung basa-basi
menyapa dan terbang entah ke mana
hu hu hu ho ho
Jalan setapak terbungkus kabut
darahku dan jiwaku
menyatu ditelan bumi
kerlap-kerlip kunang-kunang
memancarkan kebisuan
Aku berjalan hanya dengan mata hati,
bernafas hanya dengan tekad
Aku mendaki penuh dengan teka-teki
Di manakah matahariku?
Aku terantuk sebatang dahan
melintang di depanku
menghentikan pengembaraan
Tanda tanya, gundah hati
kapankah akan terjawab?
Di sinilah, di dalam dada
menetes temurun cintaku bara hidup
Di sinilah di dalam jiwa
mengalir hasratku mengikuti petunjukMu
mengikuti petunjukMu
Lolong
oleh: Ebiet G. Ade
Jembatan batu di sebelahku diam
Pancuran bambu kecil memercikkan air
Menghempas di atas batu hitam
Merintih menikam sepi pagi
Pucuk-pucuk cemara bergoyang-goyang
Diterpa angin dingin bukit ini
Seperti mengisyaratkan doa
Rahasia alam diam di sekitarnya
Di sini pun aku mencari Engkau
Setiap kali ku panggili namaMu
Namun selalu saja hanya gema suaraku
yang terdengar rindu
Gadis manis duduk di sebelahku
Menyematkan kembang di saku bajuku
Dan bercerita tentang sepasang burung
Yang bercumbu di atas dahan
Tetapi sepi tetap bergayut di dada
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"
Tetapi rindu tetap bergayut di dada
Selalu kuteriakkan kata "Di mana?"
Ketika pulang aku turun ke kali
Dan berkaca di atas air
Kulihat wajahku letih dan tua
Tapi aku berusaha tertawa
Anggap hidup hanya sandiwara
yang kan berakhir segera
Langit Terluka
oleh: Ebiet G. Ade
Jala api, lidahnya terjulur menyengat wajah bumi
Awan terbakar, langit berlubang menganga
menyeringai bagaikan terluka
Pohon-pohon terkapar letih tanpa daya
Mata air terengah-engah, dahaga
Burung-burung hanya basa-basi berkicau
Lapisan jagat terkelupas
Semua karena ulah kita
Warisan untuk anak cucu nanti ho ho ho ho
Jala api, lidahnya berkelit saat ingin kutangkap
Terlampau naif angan-angan yang kurajut
untuk menyelamatkan dunia
Setiap detik ingin kutanam pepohonan
Mata air kuluahi embun surgawi
Burung-burung kuajari bernyanyi-nyanyi
Kuhapus semua mimpi buruk
dan mekarlah bunga-bunga
Masa depan buat mereka ho ho
Bila matahari bangkit dari tidur
aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya
bila sinar rembulan mulai merah menyala?
Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa
Bila matahari bangkit dari tidur
aku mulai berfikir, bagaimanakah caranya hu hu
bila sinar rembulan mulai merah menyala?
Aku masih berharap kearifan Yang Kuasa
Dari jendela kamarku dapat aku dengar
Gemercik suara air kali yang tak pernah berhenti
Jangan sampai terhenti biarpun langit terluka
Nasihat Pengemis Untuk Istri
oleh: Ebiet G. Ade
Istriku, marilah kita tidur
Hari telah larut malam
Lagi sehari kita lewati
Meskipun nasib semakin tak pasti
Lihat anak kita tertidur menahankan lapar
Erat memeluk bantal dingin pinggiran jalan
Wajahnya kurus pucat, matanya dalam
Istriku, marilah kita berdoa
Sementara biarkan lapar terlupa
Seperti yang pernah ibu ajarkan
Tuhan bagi siapa saja
Meskipun kita pengemis pinggiran jalan
Doa kita pun pasti Ia dengarkan
Bila kita pasrah diri, tawakal
Esok hari perjalanan kita
Masih sangatlah panjang
Mari tidurlah, lupakan sejenak
Beban derita lepaskan
La la la la la la la la la
Dengarkanlah nyanyi
La la la la la la la la la
Dari seberang jalan
La la la la la la la la la
Usah kau tangisi
La la la la la la la la la
Nasib kita hari ini
Tuhan, selamatkan istri dan anakku
Hindarkanlah hati mereka dari iri dan dengki
Kepada yang berkuasa dan kenyang di tengah kelaparan
Oh, hindarkanlah mereka dari iri dan dengki
Kuatkanlah jiwa mereka
Bimbinglah di jalanMu, bimbinglah di jalanMu
Opera Tukang Becak
oleh: Ebiet G. Ade
Ia melangkah terhuyung
menyeret tubuh yang kurus
Mencari sudut terlindung teduh dari terik mentari
Menatap jalan lengang di depan yang tak ada harapan
Kakinya mengayuh angin,
naluri kebiasaan
terlalu bodoh untuk mengerti segala macam aturan
Yang dia tahu dan dirasakan hilang pencaharian
Tertidurlah dan bermimpi
mengayuh beca ke teluk Jakarta
Berhentilah sampai di sana,
peluit berdesing di telinga
ho ho ho ho
La la la la la la la ia pun melompat
La la la la la la la ia pun menyingkir
La la la la la la la ia bersembunyi
Ia teringat sesuatu,
sepetak sawah di kampung
Memberi nafas dan ketenteraman, kenapa ditinggalkan
Ia tersadar dan ingin pulang, malu pun ditepiskan
Sanak famili menyambut
tangan terbuka, si anak hilang
berkubang bersama di sawah
Terasa maknanya dilahirkan
ho ho ho ho
La la la la la la la ia pun tersenyum
La la la la la la la ia pun bernyanyi
La la la la la la la digenggam hari ini
La la la la la la la ho ho ho ho ho ho
La la la la la la la ho ho ho ho ho ho
Potret Hitam Putih
oleh: Ebiet G. Ade
Coba kalian dengar lagi satu cerita dariku
Adalah seseorang bersiul riuh tak menentu
Ia hanya ingin membuang deburan resah di hati
Ia hanya ingin melepas dendam panas membakar sepi
Setelah lepas SMA terpaksa jadi anak jalanan
Digantungkan rindu bangku-bangku pada malam hening dan bisu
Dibayangkan kawan sebaya telah pada sarjana
Sedang baginya bertumpuk beban, tak seranta dirampungkan
Tak pelak lagi adalah si bungsu
Jalan tertatih tapi tak ada ragu
Sekarang ia coba bernyanyi bagi siapa saja,
bagi bapak ibunya, bagi kakak-kakaknya, bagi semua kerabatnya,
bagi kekasihnya, bagi semua
Ia senandungkan tentang keindahan, tentang kekotoran,
tentang kelicikan, tentang kejantanan,
tentang kehidupan, tentang cinta
Masih ada saja yang belum ditemukan
Coba mari kita simak lagi apa yang tengah dikerjakan
Sanggupkah dia melintas menentang arus yang deras
Tak ada salahnya bila kita turut berdoa
agar terkuak hambatan, agar sampai tujuan
Tak pelak lagi adalah si bungsu
Jalan tertatih tapi tak ada ragu
Sekarang ia coba bernyanyi bagi siapa saja,
bagi bapak ibunya, bagi kakak-kakaknya, bagi semua kerabatnya,
bagi kekasihnya, bagi semua
Ia senandungkan tentang keindahan, tentang kekotoran,
tentang kelicikan, tentang kejantanan,
tentang kehidupan, tentang cinta
Masih ada saja yang belum ditemukan
Rembulan Menangis
oleh: Ebiet G. Ade
Rembulan menangis
di serambi malam ho..
Intan buah hatimu dicabik tangan-tangan serigala
Bintang-bintang muram,
beku dalam luka ho..
Untukmu saudaraku kami semua turut berduka
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu, untukmu
Angin pun menjerit
badai bergemuruh ho..
Semuanya marah
hanya iblis terbahak, bersorak
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
Lolong burung malam di rimba ho
melengking menyayat jiwa
Tangis kami pecah di batu
duka kami remuk di dada
Doa kami bersama-sama untukmu
untukmu, untukmu, untukmu, untukmu
Seruling Malam
oleh: Ebiet G. Ade
Bulan keemasan, kuning berkilauan
Terdengar seruling bambu
merayap ke langit, menikam bumi
Bergetar seluruh jagat raya ini
Lengkingan tinggi bagai buluh perindu
adalah tangisan bayi
Diakah anak kita, dia buah cinta kita
Istriku coba redakan tangisnya
Sekelompok burung malam terbang
dan terbitlah bintang kejora
Memancarkan sinar cinta kasih
Bagi anak kita yang suci bersih
Berbahagialah dan bersyukurlah
atas kehadiran anak kita
Ingin kugendong dan kutimang-timang
kuajak engkau bermain
Kenalilah bapakmu, kenali ibumu
dan negeri ini tanah airmu
Segeralah dewasa dalam asuhanku
'kan kubimbing di jalan yang lurus
Jadilah anak berbudi, penuh kebajikan
Menjunjung tinggi harkat kebenaran
Berbahagialah dan bersyukurlah
atas kehadiran anak kita
Sketsa Rembulan Emas
oleh: Ebiet G. Ade
Ketika rembulan emas tenggelam di cakrawala
angin mati dan laut pun terdiam
Hening di sekeliling bumi sunyi, sepi, mencekam
menunggu keputusan sakral, arif, dan bijaksana
Yang tak habis aku mengerti
jeritan kami tak bersuara
Ditelan gemuruh gundah gulana
Mungkin lewat nyanyian akan dapat menyusup,
menguak jendela hatiMu
Dan Kau dengar rintihan kami
Kau dengar jeritan kami
Tuhan, semua terserah titahMu
Merah hitam tanah kami, pucat pasi wajah bumi
hm... hu... tolong, arahkan mata pedang
Mereka-mereka yang memimpin
percaturan dunia, pergolakan dunia
Tuhan, semua terserah titahMu
Merah hitam tanah kami, pucat pasi wajah bumi
hm... hu... tolong, arahkan mata pedang
Mereka-mereka yang memimpin
percaturan dunia, pergolakan dunia
Ho ho ho ho ho
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Tuhan, tolonglah
karena hanya Engkau yang dapat mendengar
jerit hati kami
Tak Pernah Pupus Rinduku
oleh: Ebiet G. Ade
Tak pernah padam rinduku pada laut
Di sana dapat aku menyelam, kubuang kegetiran
Berenang bersama cumi-cumi, bicara dengan ombak
Tak pernah sirna cintaku pada gunung
Di sana dapat kurebahkan jiwa menghirup kesegaran
Bernyanyi bersama daun-daun, bicara dengan embun
Di sini cuaca telah berubah kering dan menyesakkan dada
Burung-burung pun enggan terbang dan malas berkicau
Semakin berat beban fikiran semakin sulit untuk bernafas
Kegelisahan merayap ke puncak, sewaktu-waktu dapat meledak
Tak pernah pupus rinduku pada kampung
Di sana dapat aku merenung berkaca dalam diam
Bergelimang suasana segar bunga-bunga kehidupan
Di sini cuaca telah berubah kering dan menyesakkan dada
Burung-burung pun enggan terbang dan malas berkicau
Semakin berat beban fikiran semakin sulit untuk bernafas
Kegelisahan merayap ke puncak, sewaktu-waktu dapat meledak
Kegelisahan merayap ke puncak, sewaktu-waktu dapat meledak
Untuk Kita Renungkan
oleh: Ebiet G. Ade
Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tegaklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat..
Singkirkan debu yang masih melekat..
Anugerah dan bencana adalah kehendakNya
Kita mesti tabah menjalani
Hanya cambuk kecil agar kita sadar
Adalah Dia di atas segalanya..
Adalah Dia di atas segalanya..
Anak menjerit-jerit, asap panas membakar
Lahar dan badai menyapu bersih
Ini bukan hukuman, hanya satu isyarat
Bahwa kita mesti banyak berbenah
Memang, bila kita kaji lebih jauh
Dalam kekalutan, masih banyak tangan
Yang tega berbuat nista... oh
Tuhan pasti telah memperhitungkan
Amal dan dosa yang telah kita perbuat
Kemanakah lagi kita kan sembunyi
Hanya kepadaNya kita kembali
Tak ada yang bakal bisa menjawab
Mari, hanya tunduk sujud padaNya
Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum... oh
Berubahlah agar Dia tersenyum
DAFTAR LAGU
Ebit G. Ade
1. Anak
2. Yang telah selesai
3. Nyanyian rindu
4. Cintaku kandas di rerumputan
5. Asmara satu ketika
6. Seberkas cinta yang sirna
7. Lagu untuk sebuah nama
8. Elegi esok pagi
9. Senandung pucuk pucuk pinus
10. Dosa siapa ini dosa siapa
11. Nyanyian suara hati
12. Senandung jatuh cinta
13. Untukmu kekasih
14. Jakarta II
15. Episode cinta yang hilang
16. Kontradiksi di dalam
17. Kalian dengarkah keluhanku
18. Orang-orang terkucil
19. Masih ada waktu
20. Nyanyian kasmaran
21. Camelia 1
22. Bingkai mimpi
23. Tentang seorang sahabat
24. Hidup 1
25. Frustasi
26. Nyanyian pendek buat anak manis berambut panjang
27. Cita-cita kecil si anak desa
28. Nyanyian bumi seberang
29. Camelia 3
30. Dia lelaki ilham dari sorga
31. Cinta sebening embun
32. Ada yang tak mampu kulupa
33. Nyanyian ombak
34. Camelia 4
35. Titip rindu buat Ayah
36. Nyanyian cinta satu ketika
37. Aku ingin pulang
38. Cinta di kereta biru malam
39. Di manakah matahariku
40. Lolong
41. Langit terluka
42. Nasihat pengemis untuk isteri
43. Opera tukang becak
44. Potret hitam putih
45. Rembulan menangis
46. Seruling malam
47. Sketsa rembulan emas
48. Tak pernah pupus rinduku
49. Untuk kita renungkan
Bermanfaat.
BalasHapus