Senin, 28 Desember 2009

Iwan Fals Songs

2 Menit 10 Detik
oleh: Iwan Fals

Yang menangis di ketiakku
Engkaukah itu perempuanku?

Diamlah diamlah
Berhentilah berhentilah
Sebentar

Yang tertawa di nganga luka
Engkaukah itu betinaku?

Puaskah hatimu?
Teruslah tertawa
Hingar



22 Januari
oleh: Iwan Fals

22 Januari kita berjanji

Coba saling mengerti apa didalam hati

22 Januari tidak sendiri

Aku berteman iblis yang baik hati

Jalan berdampingan

Tak pernah ada tujuan

Membelah malam

Mendung yang selalu datang

Ku dekap erat

Ku pandang senyummu

Dengan sorot mata

Yang keduanya buta

Lalu kubisikan sebaris kata-kata

Putus asa....sebentar lagi hujan



Ada Lagi Yang Mati
oleh: Iwan Fals

Aku lihat orang yang mati
Diantara tumpukan sampah
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Belakang pasar dekat terminal
Pagi itu orang berkerumun
Melihat mayat yang membusuk
Tutup hidung sesekali meludah

Aku lihat orang menangis
Disela gaduhnya suasana
Segera aku menghampiri
Dengan bimbang
Kubertanya padanya

Rupanya yang mati sang teman
Teman hidam hidup sepaham
Hanya kisah yang dilewati
Ia berdua ikat tali saudara

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala
Sisa darah orang yang mati
Disimpannya di dalam hati
Lalu dia seperti batu
Sampai...malam
Sampai semuanya pergi

Belakang pasar dekat terminal
Adalagi orang yang mati
Lehernya berdarah membeku
Bekas pisau lawannya tadi malam

Sementara surya mulai tinggi
Panas terasa bakar kepala

Dendam ada dimana-mana
Dijantungku di jantungmu
Dijantung hari-hari
Dendam ada dimana-mana



Aku Antarkan
oleh: Iwan Fals

Aku antar kau
Sore pukul lima
Laju roda dua
Seperti malas tak beringas

Langit mulai gelap
Sebentar lagi malam
Namun kau harus
Kembali tinggalkan
Kota ini

Saat lampu-lampu
Mulai dinyalakan
Semakin erat lingkar
Lenganmu di pinggangku
Jarak bertambah dekat
Dua kelok lagi
Stasiun bis antarkota
Pasti terlihat

Tak terasa seminggu
Sudah engkau di pelukku
Tak terasa seminggu
Alangkah cepatnya waktu

Tak terasa seminggu
Habis kulumat bibirmu
Tak terasa seminggu
Tak bosan kau minta itu

Tiba ditujuan
Mesin kumatikan
Jariku kau genggam
Seakan enggan kau
Lepaskan



Aku Bukan Pilihan
oleh: Iwan Fals

Iwan Fals
Aku Bukan Pilihan

Kini kumengungkap tanya
Siapakah dirinya?
Yang mengaku kekasihmu itu 
Aku tak bisa memahami 

Ketika malam tiba 
Ku rela kau berada 
Dengan siapa kau melewatinya 
Aku tak bisa memahami 

Aku lelaki tak mungkin 
Menerima bila
Ternyata kau mendua
Membuatku terluka 
Tinggalkan saja diriku
Yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih
Aku bukan pilihan

Selalu terungkap tanya
Benarkah kini ada 
Wanita yang kukenal hatinya 
Aku tak bisa memahami 

Tak perlu memilihku 
Aku lelaki, bukan untuk dipilih



Aku Sayang Kamu
oleh: Iwan Fals

Susah...susah mudah kau kudekati

Kucari...engkau lari kudiam kau hampiri

Jinak burung dara justru itu kusuka

Bila engkau tertawa hilang semua duka

Gampang naik darah...omong tak mau kalah

Kalau datang senang...nona cukup ramah

Bila engkau bicara...persetan logika

Sedikit keras kepala...ah dasar betina

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Kuperlu kamu...sungguh perlu kamu

Engkau aku sayang...sampai dalam tulang

Banyak orang bilang...aku mabuk kepayang

Aku cinta kamu

Bukan cinta uangmu

Aku puja selalu setiap ada waktu

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Ku perlu kamu...sungguh perlu kamu

Langsat kuning cina warna kulit nona

Bibir merah muda lesung pipi pun ada

Wajah cukup lumayan dapat poin enam

Kalau nona berjalan rembulan pun padam

Ku suka kamu...sungguh suka kamu

Kuperlu kamu...sungguh perlu kamu



Ambulance Zig Zag
oleh: Iwan Fals

Deru ambulance
Memasuki pelataran rumah sakit
Yang putih berkilau

Di dalam ambulance tersebut
Tergolek sosok tubuh gemuk
Bergelimang perhiasan

Nyonya kaya pingsan
Mendengar kabar
Putranya kecelakaan

Dan para medis
Berdatangan kerja cepat
Lalu langsung membawa korban menuju ruang periksa

Tanpa basa basi
Ini mungkin sudah terbiasa

Tak lama berselang
Supir helicak datang
Masuk membawa korban yang berkain sarung

Seluruh badannya melepuh
Akibat pangkalan bensin ecerannya
Meledak

Suster cantik datang
Mau menanyakan
Dia menanyakan data si korban

Di jawab dengan
Jerit kesakitan
Suster menyarankan bayar ongkos pengobatan

Ai sungguh sayang korban tak bawa uang

Suster cantik ngotot
Lalu melotot
Dan berkata “Silahkan bapak tunggu di muka!”

Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa kesakitan

Hai modar aku
Hai modar aku
Jerit si pasien merasa diremehkan



Ancur
oleh: Iwan Fals

Namamu slalu kubisiki, dalam tidurku 
Dalam mimpiku, setiap malam
Hangat tubuhmu, melekat dikulitku
Beribu peluk beribu cium kita lalui 

Tapi kau kabur 
Dengan duda anak 3 pilihan ibumu 
Hatiku hancur 
Berserakan, berhamburan kayak jeroannya binatang 

Reff:
*ya....... Sudahlah 
Kumenangis seadanya sekuat tenaga 
Ya... Sudah...lah... 
**kau memang setan alas nggak punya perasaan 

***Ancur......

Doaku diakad nikahmu 
Smoga siduda diracun orang 
Biar cepet mampus


Antara Aku Kau Dan Bekas Pacarmu
oleh: Iwan Fals

tabir gelap yang dulu hinggap
lambat laun mulai terungkap
labil tawamu
tak pasti tangismu
jelas membuat aku sangat ingin mencari

apa yang tersembunyi
di balik manis senyummu
apa yang tersembunyi
di balik bening dua matamu

jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki
jalan gelap yang kau pilih
penuh lubang dan mendaki



Asmara Tak Secengeng Yang Aku Kira
oleh: Iwan Fals

Bekas tapak tapak sepatu
Yang kupakai selalu ikuti
Kemana ku berjalan

Debu dan keringat
Yang ada diatas kulit tubuh ini
Saksi bisu bahwasannya
Tak mudah dan tak segampang
Yang selama ini aku sangka tentang asmara

Cermin di segala tempat
Sahabat terdekat
Tak pernah terlambat

Menampung setiap ungkapan
Mendekap semua keluhan
Meraih suka
Menangkap tawa
Merebut duka

Satu cerita dua manusia
Terlibat dalam amuk asmara
Satu cerita yang memang ada
Tak mungkin mati jelas abadi
Selama manusia hidup dalam alam ini

Maafkan kalau ku salah duga
Ternyata asmara itu
Tak mudah tak gampang dan tak secengeng
Yang kukira yang kusangka



Balada Orang Orang Pedalaman
oleh: Iwan Fals

He.....ya ya ya he ya ho...)
He.....ya ya ya he ya he...)3x

Balada orang-orang pedalaman

He.....ya ya ya he ya ho...
He.....ya ya ya he ya he...

Di hutan di gunung dan di pesisir
He....ya...ya...ya...he...ya....ho
Manusia yang datang dari kota
Tega bodohi mereka
Lihatlah tatapannya yang kosong
Tak mengerti apa yang terjadi
He ya ya ya he ya ho
Tak tajam lagi tombak, panah dan parang
He ya ya ya he ya ho
He ya ya ya ho ya he
Takampuh lagi mata dari sang pawang
Dimana lagi cari hewan buruan
Yang pergi karena senapan
Dimana mencari ranting pohon
Kalau sang pohon tak ada lagi..

Pada siapa mereka tanyakan hewannya
Ya...pada siapa tanyakan pohonnya
Saudaraku di pedalaman menanti
Sebuah jawaban yang tersimpan di hati
Lewatmu...pembeli

Pada orang-orang pedalaman
Yang menari dan menyanyi
Dihalau bising ribuan deru gergaji



Barang Antik
oleh: Iwan Fals

Berjalan tersendat
Diantara sedan sedan licin mengkilat
Dengan warna pucat
Dan badan penuh cacat sedikit berkarat

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Bagai kutu jalanan
Di tengah tengah kota metropolitan
Cari muatan
Untuk nguber setoran sisanya buat makan

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Berjalan zig zag ngebut
Nggak peduli walau mobil sudah butut
Suara bising ribut
Yang keluar dari knalpotmu bagai kentut

Hei oplet tua dengan bapak sopir tua
Cari penumpang dipinggiran ibukota
Sainganmu mikrolet, bajai dan bis kota
Kini kau tersingkirkan oleh mereka

Oh bapak tua
Pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun dua ribu satu
Mungkin mobilmu
Jadi barang antik
Yang harganya selangit

Oh bapak tua
Pemilik oplet tua
Tunggu nanti di tahun dua ribu satu
Mungkin opletmu
Jadi barang nyentrik
Yang harganya selangit



Bento
oleh: Iwan Fals

Namaku Bento, rumah real estate
Mobilku banyak, harta melimpah
Orang memanggilku, bos eksekutif
Tokoh papan atas, atas sgalanya, asik!

Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik, oh bisa jalan
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
yang penting aku senang, aku menang
Persetan orang susah, karena aku
Yang penting asik, sekali lagi, asik!

Obral soal moral, omong keadilan, sarapan pagiku
Aksi tipu-tipu, lobi dan upeti, woo jagonya
Maling kelas teri, bandit kelas coro, itu kantong sampah
Siapa yang mau berguru, datang padaku, sebut 3 kali namaku
Bento bento bento.. asik..



Berikan Pijar Matahari
oleh: Iwan Fals

Terhimpit gelak tertawa
Diselah meriah pesta
Seribu gembel ikut menari
Seribu gembel terus bernyanyi

Keras melebihi lagu tuk berdansa
Keras melebihi gelegar halilintar
Yang ganas menyambar

Kuyakin pasti terlihat
Dansa mereka begitu dekat
Kuyakin pasti terdengar
Nyanyi mereka yang hingar bingar

Seolah kita tidak mau mengerti
Seolah kita tidak mau perduli
Pura buta dan pura tuli

Mari kita hentikan
Dansa mereka
Dengan memberi pijar matahari
Dengan memberi pijar matahari

Terkurung gedung gedung tinggi
Wajah murung yang hampir mati
Biarkan mereka iri
Wajar bila mencaci maki

Napas terasa sesak bagai terkena asma
Nampak merangkak degup jantung keras berdetak
Setiap detik sepertinya hitam

Tak sanggup aku melihat
Lukamu kawan dicumbu lalat
Tak kuat aku mendengar
Jeritmu kawan melebihi dentum meriam



Bongkar
oleh: Iwan Fals

Kalau cinta sudah di buang 
Jangan harap keadilan akan datang 
Kesedihan hanya tontonan 
Bagi mereka yang di perbudak jabatan 

(*) O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar 

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar 

Sabar, sabar, sabar dan tunggu 
Itu jawaban yang kami terima 
Ternyata kita harus ke jalan 
Robohkan setan yang berdiri mengangkang 

Kembali ke : (*) 

Reff I : 

Penindasan serta kesewenang-wenangan 
Banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan 
Hoi hentikan 
Hentikan jangan di teruskan 
Kami muak dengan ketidakpastian dan keserakahan 

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar 

O, o, ya o ... Ya o ... Ya bongkar 

Reff II : 

Di jalan kami sandarkan cita-cita 
Sebab dirumah tak ada lagi yang bisa dipercaya 
Orang tua pandanglah kami sebagai manusia 
Kami bertanya tolong kau jawab dengan cinta 

Kembali ke: (*), Reff I, Reff II



Buku Ini Aku Pinjam
oleh: Iwan Fals

(biar tau, biar rasa)
cinta ini milik kita
Dikantin depan kelasku,
disana kenal dirimu
Yang kini tersimpan dihati,
Jalani kisah sembunyi

Dihalte itu ku tunggu,
senyum manismu kekasih
Usai dentang bel sekolah,
Kita nikmati yang ada

Seperti hari yang lain,
Kau senyum tersipu malu
Ketika ku sapa engkau..

Genggamlah jari,
Genggamlah hati ini

Memang usia kita muda,
Namun cinta soal hati
Biar mereka bicara,
Telinga kita terkunci

(Biar tau, biar rasa)
Maka tersenyumlah kasih
(Tetap langkah, jangan hentikan)
Cinta ini milik kita

Buku ini aku pinjam,
‘kan ku tulis sajak indah
Hanya untukmu seorang,
Tentang mimpi-mimpi malam




Bung Hatta
oleh: Iwan Fals


Tuhan terlalu cepat semua

Kau panggil satu-satunya yang tersisa

Proklamator tercinta...

Jujur lugu dan bijaksana 

Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa 

Rakyat Indonesia...


Reff :

Hujan air mata dari pelosok negeri

Saat melepas engkau pergi...

Berjuta kepala tertunduk haru

Terlintas nama seorang sahabat 

Yang tak lepas dari namamu...

Terbayang baktimu, terbayang jasamu

Terbayang jelas... jiwa sederhanamu

Bernisan bangga, berkapal doa

Dari kami yang merindukan orang

Sepertimu...


Kembali ke Reff.




Celoteh Camar Tolol Dan Cemar
oleh: Iwan Fals

Api menjalar dari sebuah kapal
Jerit ketakutan
Keras melebihi gemuruh gelombang
Yang datang
Sejuta lumba lumba mengawasi cemas
Risau camar membawa kabar
Tampomas terbakar
Risau camar memberi salam
Tampomas Dua tenggelam

Asap kematian
Dan bau daging terbakar
Terus menggelepar dalam ingatan
Hatiku rasa
Bukan takdir tuhan
Karena aku yakin itu tak mungkin

Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Korbankan ratusan jiwa
Mereka yang belum tentu berdosa
Korbankan ratusan jiwa
Demi peringatan manusia

Bukan bukan itu
Aku rasa kita pun tahu
Petaka terjadi
Karena salah kita sendiri

Datangnya pertolongan
Yang sangat diharapkan
Bagai rindukan bulan
Lamban engkau pahlawan
Celoteh sang camar
Bermacam alasan
Tak mau kami dengar
Di pelupuk mata hanya terlihat
Jilat api dan jerit penumpang kapal

Tampomas sebuah kapal bekas
Tampomas terbakar di laut lepas
Tampomas tuh penumpang terjun bebas
Tampomas beli lewat jalur culas
Tampomas hati siapa yang tak panas
Tampomas kasus ini wajib tuntas
Tampomas koran koran seperti amblas
Tampomas pahlawanmu kurang tangkas
Tampomas cukup tamat bilang naas
Damai Kami Sepanjang Hari
oleh: Iwan Fals

Hangat mentari pagi ini
Antar ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi ( kopi susu )
Dengar canda adik adikmu
Inginkan aku segera bersatu

Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami

Semoga akan tetap abadi
Pagi ini
Pagi esok
Esok hari
Hari nanti

Semoga tak kan pernah berhenti
Canda hari ( pagi )
Canda pagi ( hari )
Damai kami Sepanjang hari



Engkau Tetap Sahabatku
oleh: Iwan Fals

Dia adalah sahabatku bahkan lebih
Dia adalah yang diburu...datang padaku
Sekedar lepas lelah dan sembunyi
Untuk berlari lagi

Dia adalah yang terbuang...mengetuk pintuku
Penuh luka dipunggungnya...merah hitam
Dia menjadi terbuang....setelah harapannya....
dibuang.....
Bapaknya pegawai kecil....sandal jepit
yang kini di dalam penjara...sedang bela anaknya
Untuk darah daging yang tercinta
Selesaikan sekolah

Sahabatku...coba mencari kerja
Namun yang didapat cemooh
Harga dirinya berontak
Lalu dia tetapkan hati
Hancurkan sang pembuang
Air putih aku hidangkan...aku dipersimpangan
Seribu bahkan lebih..sejuta lebih

Pagi buta dia berangkat...diam-diam
Masih sempat selimuti aku....yang tertidur
Aku terharu...doaku untukmu
Sebutir peluru yang tinggal dibawah bantalnya
Bertali jadikan kalung lalu kukenakan
yang terus berlalu
Selamat jalan kawan...
Selamat menari air mata
Hei...sahabat yang terbuang
Engkau sahabatku....tetap sahabatku



Entah
oleh: Iwan Fals

Entah mengapa aku tak berdaya
Waktu kau bisikkan, 
"Jangan aku kau tinggalkan"

Tak tahu di mana ada getar terasa
Waktu kau katakan
"Kubutuh dekat denganmu"

Seperti biasa aku diam tak bicara
Hanya mampu pandangi
Bibir tipismu yang menari

Seperti biasa aku tak sanggup berjanji
Hanya mampu katakan:
"Aku cinta kau saat ini"

Entah esok hari
Entah lusa nanti
Entah

Sungguh mati betina
Aku tak mampu beri sayang yang cantik
Seperi kisah cinta di dalam komik

Sungguh mati betina
Buang saja angan angan itu
Lalu cepat peluk aku

Lanjutkan saja langkah kita
Rasalah....
Rasalah....
Apa yang terasa



Ethiopia
oleh: Iwan Fals

Dengar rintihan berjuta kepala waktu lapar menggila
Hamparan manusia tunggu mati nyawa tak ada arti
Kering kerontang meradang entah sampai kapan
Datang tikam nurani

Selaksa do'a penjuru dunia
Mengapa tak robah bencana
Menjerit Afrika mengerang Ethiopia

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Derap langkah sang penggali kubur
Angkat yang mati dengan kelingking
Parade murka bocah petaka
Tak akan lenyap kian menggema

Nafas orang-orang disana
Merobek telinga telanjangi kita
Lalat-lalat berdansa cha cha cha
Berebut makan dengan mereka

Tangis bayi ditetek ibunya
Keringkan airmata dunia
Obrolan kita dimeja makan
Tentang mereka yang kelaparan
Lihat sekarat dilayar Tv
Antar kita pergi ke alam mimpi

Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia
Ethiopia Ethiopia Ethiopia Ethiopia

Disana terlihat ribuan burung nazar
Terbang disisi iga-iga yang keluar
Jutaan orang memaki takdirnya
Jutaan orang mengutuk nasibnya
Jutaan marah....jutaan marah
Tak bisa berbuat apa-apa

Setiap detik selalu saja ada yang merintih
Setiap menit selalu saja ada yang mengerang
Aku dengar jeritan dari sisni...aku dengar
Aku dengar tangismu dari sini...aku dengar
Namun aku hanya bisa mendengar
Aku hanya bisa sedih
Hitam kulitmu sehitam nasibmu kawan

Waktu kita asik makan waktu kita asik minum
Mereka haus..........mereka lapar
Mereka lapar...mereka lapar



Galang Rambu Anarki
oleh: Iwan Fals

Galang rambu anarki anakku

Lahir awal januari menjelang pemilu

Galang rambu anarki dengarlah

Terompet tahun baru menyambutmu

Galang rambu anarki ingatlah

Tangisan pertamamu ditandai bbm

Membumbung tinggi (melambung)

Reff:

Maafkan kedua orangtuamu 

Kalau tak mampu beli susu

Bbm naik tinggi

Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi

Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)


Galang rambu anarki anakku

Cepatlah besar matahariku

Menangis yang keras, janganlah ragu

Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku


Doa kami di nadimu



Guru Oemar Bakri
oleh: Iwan Fals


Tas hitam dari kulit buaya
"Selamat pagi!", berkata bapak Oemar Bakri
"Ini hari aku rasa kopi nikmat sekali!"

Tas hitam dari kulit buaya
Mari kita pergi, memberi pelajaran ilmu pasti
Itu murid bengalmu mungkin sudah menunggu

(*)

Laju sepeda kumbang di jalan berlubang
S'lalu begitu dari dulu waktu jaman Jepang
Terkejut dia waktu mau masuk pintu gerbang
Banyak polisi bawa senjata berwajah garang


Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut, cepat pulang

Busyet... Standing dan terbang

Reff.

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... Profesor dokter insinyur pun jadi
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri

Kembali ke (*)

Bapak Oemar Bakri kaget apa gerangan
"Berkelahi Pak!", jawab murid seperti jagoan
Bapak Oemar Bakri takut bukan kepalang
Itu sepeda butut dikebut lalu cabut, kalang kabut
Bakrie kentut... Cepat pulang

Oemar Bakri... Oemar Bakri pegawai negeri
Oemar Bakri... Oemar Bakri 40 tahun mengabdi
Jadi guru jujur berbakti memang makan hati
Oemar Bakri... Oemar Bakri banyak ciptakan menteri
Oemar Bakri... Bikin otak seperti otak Habibie
Tapi mengapa gaji guru Oemar Bakri seperti dikebiri



Guru Zirah
oleh: Iwan Fals

Dia cantiknya guru muda kelasku
Zirah namamu asli cangkokan Jawa
Busana biasa saja
Ramping kau punya pinggang
Tahi lalatmu genit nangkring di jidat
Goda batinku kilikitik imanku
Pantatmu aduhai bagai salak raksasa
Merah bibirmu bukan polesan pabrik
Mulus kulitmu tak perlu lagi ke salon
Betismu bukan main indah bak padi bunting

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku Guru Zirah bodi montok

Baru melihat kaki ibu melangkah
Hati didalam dag dig dug mirip beduk
Apalagi he he he tak kan kuat ku berdiri
Zirah guruku ibu manis bak permen
Berilah les privat agar otakku paten
Hadiahku tas plastik boleh pesan di butik

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu Guru Zirah bodi montok
Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku Guru Zirah VeWe Kodok

Kalau setuju kita bolos sehari
Bohong sedikit mungkin Tuhan tak marah
Asmara tak bedakan Aku murid kau guru

Kebun binatang lokasi yang ideal
Murah meriah ongkos buat pacaran
Ku tahu gaji ibu
Hanya cukup untuk beli tahu

Tidur pun aku tak nyenyak
Sebelum aku sebutkan
Namamu Guru Zirah bodi montok

Rasanya ingin punya bank
Tuk traktir engkau seorang
Impianku
Guru Zirah VeWe Kodok



Ibu
oleh: Iwan Fals

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku anakmu

Ibuku sayang masih terus berjalan

Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah


Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu


Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku

Dengan apa membalas...ibu...ibu....


Seperti udara... kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas...ibu...ibu




Ijinkan Aku Menyayangimu
oleh: Iwan Fals

Andai kau ijinkan
Walau sekejap memandang
Kubuktikan kepadamu
Aku meiliki rasa

*
Cinta yang kupendam
Tak sempat aku nyatakan
Karena kau telah memilih
Menutup pintu hatimu

Ijinkan aku membuktikan
Inilah kesungguhan rasa
Ijinkan aku menyayangimu

Reff :
Sayangku oh
Dengarkanlah isi hatiku
Cintaku oh
Dengarkanlah isi hatiku

Back to *

Bila cinta tak mungkin menyatukan kita
Bila kita tak mungkin bersama
Aku tetap menyayangimu

Back to Reff

Sayangku oh
Dengarkanlah isi hatiku
Aku sayang padamu
Ijinkan aku membuktikan



Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi
oleh: Iwan Fals

Raung buldozer gemuruh pohon tumbang
Berpadu dengan jerit isi rimba raya
Tawa kelakar badut-badut serakah
Dengan hph berbuat semaunya

Lestarikan alam hanya celoteh belaka
Lestarikan alam mengapa tidak dari dulu...
Oh mengapa.....

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Menatap rimba yang dulu perkasa
Kini tinggal cerita
Pengantar lelap si buyung

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti
Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia

Lestarikan hutan hanya celoteh belaka
Lestarikan hutan mengapa tidak dari dulu saja

Oh...oh...ooooo......
Jelas kami kecewa
Mendengar gergaji tak pernah berhenti
Demi kantong pribadi
Tak ingat rejeki generasi nanti

Bencana erosi selalu datang menghantui
Tanah kering kerontang
Banjir datang itu pasti

Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
Punah dengan sendirinya akibat rakus manusia



Jalan yang Panjang Berliku
oleh: Iwan Fals


Jalan panjang yang berliku

Jalan lusuh dan berbatu

Namun kuharus mampu menempuh

Bersama beban di batinku

Kudatang berlumur debu

Kupergi bersama bayu

Diantara gelisah

Kucoba untuk tetap kukuh


Tiadakan tempat kuberteduh

Dikala luka membiru 

Uh .. Uh .. Uh ..

Segenggam harapan dalam jiwa

Hilang punah tiada kesan ..


Dikegelapan ..



Jangan Bicara
oleh: Iwan Fals


Jangan bicara soal idealisme
Mari bicara berapa banyak uang di kantong kita
Atau berapa dahsyatnya 
Ancaman yang membuat kita terpaksa onani

Jangan bicara soal nasionalisme
Mari bicara tentang kita yang lupa warna bendera sendiri
Atau tentang kita yang buat
Bisul tumbuh subur
Di ujung hidung yang memang tak mancung

Jangan perdebatkan soal keadilan
Sebab keadilan bukan untuk diperdebatkan
Jangan cerita soal kemakmuran
Sebab kemakmuran hanya untuk anjing si tuan polan

Lihat di sana... Di urip meratap
Di teras marmer direktur mutat
Lihat di sana... Si icih sedih
Di ranjang empuk waktu majikannya menindih

Lihat di sana.... Parade penganggur
Yang tampak murung di tepi kubur
Lihat di sana....... Antrian pencuri
Yang timbul sebab nasinya dicuri

Jangan bicara soal runtuhnya moral
Mari bicara tentang harga diri yang tak ada arti
Atau tentang tanggung jawab 
Yang kini dianggap sepi



Jangan Tutup Dirimu
oleh: Iwan Fals

Dari hati yang paling dalam
Kudendangkan...sebuah
lagu temani sepi
Sejenak iringi nurani
Ada jarak diantara kita
Selimuti sekian waktu t'lah tersita
Ingin kuhilang jarak terbentang....semoga

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan buang pelukku yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Buat apa kau diam saja
Bicaralah agar aku semakin tau
Warna dirimu duhai permata
Kau mimpiku...
aku tak bohong
Seperti yang kau kira
Seperti yang s'lalu kau duga
Pintaku kau percayalah usah ragu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan campakkan pelukku yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan hancurkan pelukku
yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang haus
Jangan tutup dirimu

Datanglah kau kekasih
Dekap aku erat-erat
Jangan lemparkan pelukku
yang tulus
Biarkan hujan turun
Basahi jiwa yang kering
Jangan tutup dirimu



Jendela Kelas Satu
oleh: Iwan Fals


Duduk dipojok bangku deretan belakang
Didalam kelas penuh dengan obrolan
Slalu mengacau laju hayalan

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Dari sana pula aku mulai mengenal
Seraut wajah berisi lamunan

Bibir merekah dan merah selalu basah
Langkahmu tenang kala engkau berjalan
Tinggi semampai gadis idaman

Reff: 

Kau datang membawa
Sebuah cerita
Darimu itu pasti lagu ini tercipta
Darimu itu pasti lagu ini tercipta

Dari jendela kelas yang tak ada kacanya
Tembus pandang kekantin bertalu rindu
Datang mengetuk pintu hatiku

Kembali ke: Reff



Kemesraan
oleh: Iwan Fals

Suatu hari
Dikala kita duduk ditepi pantai
Dan memandang ombak dilautan yang kian menepi

Burung camar terbang
Bermain diderunya air
Suara alam ini
Hangatkan jiwa kita

Sementara
Sinar surya perlahan mulai tenggelam
Suara gitarmu
Mengalunkan melodi tentang cinta
Ada hati
Membara erat bersatu
Getar seluruh jiwa
Tercurah saat itu

Kemesraan ini
Janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini
Inginku kenang selalu

Hatiku damai
Jiwaku tentram di samping mu
Hatiku damai
Jiwa ku tentram
Bersamamu



Kereta Tiba Pukul Berapa
oleh: Iwan Fals

Hilang sabar dihati dan tak terbendung lagi
Waktu itu
Lama memang kutunggu kedatanganmu
Sobat karibku

Datang telegram darimu
Dua hari yang lalu
Tunggu aku
Di stasiun kereta itu pukul satu

Ku pacu sepeda motorku
Jarum jam tak mau menunggu
Maklum rindu

Traffic light aku lewati
Lampu merah tak peduli
Jalan terus

Di depan ada polantas
Wajahnya begitu buas
Tangkap aku
Tawar menawar harga pas tancap gas

Sampai stasiun kereta
Pukul setengah dua
Duduk aku menunggu
Tanya loket dan penjaga
Kereta tiba pukul berapa

Biasanya...kereta terlambat
Dua jam mungkin biasa
Dua jam cerita lama



Kontrasmu Bisu
oleh: Iwan Fals

Tinggi pohon tinggi berderet setia lindungi
Hijau rumput hijau tersebar indah sekali
Terasa damai kehidupan di kampungku
Kokok ayam bangunkan ku tidur setiap pagi

Tinggi gedung tinggi mewah angkuh bikin iri
Gubuk gubuk liar yang resah di pinggir kali
Terlihat jelas kepincangan kota ini
Tangis bocah lapar bangunkan ku dari mimpi malam

Lihat dan dengarlah riuh lagu dalam pesta
Diatas derita mereka masih bisa tertawa
Memang ku akui kejamnya kota Jakarta
Namun yang kusaksikan lebih parah dari yang kusangka

Jakarta oh Jakarta
Si kaya bertambah gila dengan harta kekayaannya
Luka si miskin semakin menganga

Jakarta oh Jakarta
Terimalah suaraku dalam kebisinganmu
Kencang teriakku semakin menghilang

Jakarta oh Jakarta
Kau tampar siapa saja saudaraku yang lemah
Manjakan mereka yang hidup dalam kemewahan

Jakarta oh Jakarta
Angkuhmu buahkan tanya
Bisu dalam kekontrasannya

Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta
Jakarta oh Jakarta



Ku Menanti Seorang Kekasih
oleh: Iwan Fals

Bila mentari bersinar lagi

Hatikupun ceria kembali ... Asyik

Kutatap mega tiada yang hitam

Betapa indah hari ini

Kumenanti seorang kekasih

Yang tercantik yang datang dihari ini

Adakah dia kan selalu setia

Bersanding hidup penuh pesona

Harapanku

Jangan kau tak menepati

Datanglah dengan kasihmu

Andai kau tak datang kali ini

Punah harapanku



Kupaksa Untuk Melangkah
oleh: Iwan Fals

Kulangkahkan kakiku yang rapuh
Tinggalkan sepi kota asalku

Saat pagi buta
Sandang gitar usang
Ku coba menantang
Keras kehidupan

Datangi rumah rumah tak jemu
Petik tali tali senar gitarku

Dari tenda ke tenda
Warung yang terbuka
Lantang nyanyikan lagu
Oh memang kerjaku

Tak pasti jalur jalan hidup
Ku tunggu putaran roda nasib
Ku coba paksakan untuk melangkah

Sementara
Kerikil kerikil tajam menghadang
Langkahku



Lancar
oleh: Iwan Fals

Sejak palapaku mengorbit ke angkasa
Kemajuan teknologiku semakin menggila
Komunikasipun bertambah mudah
Walau itu jauh di luar kota

Disana sini dan dimana mana
Terlihat berita tentang pembangunan
Terciptalah kini pemerataan
Bangsaku kini telah dipintu kemajuan

Tinggal semua perlu kesadaran
Jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan
Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Hanya untuk si tuan Polan

Disana sini dan dimana mana
Terlihat berita tentang pembangunan
Terciptalah kini pemerataan
Bangsaku kini sudah diambang kemajuan

Tinggal semua perlu kesadaran
Jangan kita berpangku tangan
Teruskan hasil perjuangan
Dengan jalan apa saja yang pasti kita temukan

Asal jangan pembangunan
Dibuat kesempatan
Asal jangan pembangunan
Dijadikan korban
Asal jangan pembangunan
Bikin resah kaum susah
Asal jangan pembangunan
Bikin mandul hutan gundul
Asal jangan pembangunan
Bikin gendut kulit perut
Asal jangan pembangunan
Bikin subur kaum makmur
Asal jangan pembangunan
Bikin kotor meja kantor
Asal jangan pembangunan
Buat senang cacing cacing



Lonteku
oleh: Iwan Fals

Hembusan angin malam waktu itu
Bawa lari ku dalam dekapanmu
Kau usap luka di sekujur tubuh ini
Sembunyilah-sembunyi ucapmu...

Nampak jelas rasa takut di wajahmu
Saat petugas datang mencariku

Reff.

Lonteku... Terima kasih
Atas pertolonganmu di malam itu
Lonteku... Dekat padaku
Mari kita lanjutkan cerita hari esok

(*) 

Walau kita berjalan dalam dunia hitam
Benih cinta tak pandang siapa
Meski semua orang singkirkan kita
Genggam tangan erat-erat kita melangkah

Kembali ke Reff, (*), Reff (2x), fade out



Maaf Cintaku
oleh: Iwan Fals

Ingin kuludahi mukamu yang cantik
Agar kau mengerti bahwa kau memang cantik
Ingin kucongkel keluar indah matamu
Agar engkau tahu memang indah matamu

Harus kuakui bahwa aku pengecut
Untuk menciummu juga merabamu
Namun aku tak takut untuk ucapkan
Segudang kata cinta padamu

Mengertilah… Perempuanku
Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh
Bila dayung tak terkayuh
Maaf cintaku Aku menggurui kamu

Mengertilah …. Perempuanku
Jalan masih teramat jauh
Mustahil berlabuh bila dayung tak terkayuh

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu

Maaf cintaku
Aku nasehati kamu

Maaf cintaku
Aku menggurui kamu



Mata Indah Bola Ping Pong
oleh: Iwan Fals

Pria mana yang tak suka senyummu juwita
Kalau ada yang tak suka mungkin sedang goblok

Engkau baik… Engkau cantik
Kau wanita… Aku cinta

Mata indah bola ping pong masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai hidungmu yang aduhai

Engkau baik… Engkau cantik
Kau wanita… Aku puja

Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau kuganggu
Sampai kapan pun kurindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia

Engkau baik… Engkau cantik
Kau wanita… Aku cinta
Aku puja kau betina
Bukan gombal aku yang gila

Jangan marah kalau kugoda
Sebab pantas kau digoda
Salah sendiri kau manis
Punya wajah teramat manis

Wajar saja kalau kuganggu
Biar mampus aku rindu
Lepaskan tawamu nona
Agar tak murung dunia

Mata indah bola ping pong masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai hidungmu yang aduhai
Mata indah bola ping pong masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai bibirmu yang aduhai

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Pipimu yang aduhai

Mata indah bola ping pong
Masihkah kau kosong
Bolehkah aku membelai
Jidatmu yang aduhai



Nak
oleh: Iwan Fals

Verse 1
Jauh jalan yang harus kau tempuh
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
Tajam kerikil setiap saat menunggu
Engkau lewat dengan kaki yang tak bersepatu
Duduk sini Nak dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Turunlah lekas dari pangkuannya
Engkau lelaki kelak sendiri

Verse 2
Nak dengarlah bicara bapakmu
Yang kenyang akan hidup terang dan redup
Letakkan dahulu mainan itu
Duduk dekat bapak sabar mendengar
Kau anak harapanku yang lahir di jaman gersang
Segala sesuatu hanya ada karena uang Ya … ya … ya
Kau anak dambaanku yang besar di kancah perang
Kau harus kuat yakin pasti menang
Sekolah biasa saja jangan pintar-pintar percuma
Latihlah bibirmu agar pandai berkicau
Sebab mereka sangat perlu kicau yang merdu
Sekolah buatmu hanya perlu untuk titel
Pedulu titel didapat atau titel mu’jizat Ya … ya … Sekolah buatmu hanya perlu untuk gengsi
Agar mudah bergaul tentu banyak relasi
Jadi penjilat yang paling tepat
Karirmu cepat uang tentu dapat
Jadilah Dorna jangan jadi Bima
Sebab seorang Dorna punya lidah sejuta
O . . . . o . . . . o . . . . . o . . . .
Hidup sudah susah jangan dibikin susah
Cari saja senang walau banyak hutang
Munafik sedikit jangan terlalu jujur
Sebab orang jujur hanya ada di komik
Pilihlah jalan yang mulus tak banyak batu
Sebab batu-batu bikin jalanmu terhambat
Ya … ya … ya … ya …
Pilihlah jalan yang bagus tak ada paku
Sebab paku itu sakit apalagi yang berkarat
Jadilah kancil jangan buaya
Sebab seekor kancil sadar akan bahaya
Jadilah bandit berkedok jagoan
Agar semua sangka engkau seorang pahlawan
Jadilah bunglon jangan sapi
Sebab seekor bunglon pandai baca situasi
Jadilah karet jangan besi
Sebab yang namanya karet tahan kondisi

Anakku aku nyanyikan lagu
Waktu ayah tak tahan lagi menahan murka



Nenekku Okem
oleh: Iwan Fals

Nenekku manis umur setengah abad
Masih lincah bagai bola bekel
Rambutnya panjang hitam ikal dipikok
Di salon lisa asal Rangkasdengklok

Paling tak suka pakai kain kebaya
Atau rambut digulung konde
Sebab katanya tak bebas dia bergerak
Gerah sebuah alasan

Nenekku orang hebat
Sanggup koprol bagaikan atlet
Napasnya panjang bak napas kuda
Lari Jakarta - Bandung setiap pagi pulang pergi

Main bola sehari tiga kali
Tari kejang menambah energi

Kalau kubilangin jangan terlalu agresif
Namun malah ngeledek kuno
Nenekku makin hot menari sambil salto
Hampir hampir setiap menit

Di rumah atau di jalan
Di pasar atau di trotoar
Hi hi hi hi hi hi hi hi

Habis ambil pensiun mampir ke toko kaset
Cari lagu baru yang ‘up to date’
Kuping pakai headphone badan tak bisa diam
Ikuti tempo ‘break dance’ tersayang

Persetan orang lihat masa bodo nyengir
Konsentrasi dia tak goyah
Setelah selesai dengar lagu sekaset
Lalu dia menuju kasir

Bayar satu bawa tiga
Yang dua mampir di jaket
Yang dua mampir di jaket

Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem
Nenekku okem




Nona
oleh: Iwan Fals

Sudah cukup jauh perjalanan ini

Lewati duka lewati tawa

Lewati s'gala persoalan

Kucoba berkaca pada jejak yang ada

Ternyata aku sudah tertinggal

Bahkan jauh tertinggal


Bodohnya diriku tak percaya padamu

Lalu sempat aku berpikir 

Untuk tinggalkan kamu


Reff.

Nona, maafkan aku 

Oh nona peluklah aku

nona begitu perkasanya dirimu

Yakiniku

Nona marahlah padaku

Nona nonaku 


Aku tak peduli apa kata mereka

Hari ini engkau di sini

Esok tetap di sini



Nyanyianmu
oleh: Iwan Fals

Kau petik gitar
Nyanyikan lagu
Perlahan
Usap hatiku...
Terucap janjiku
Untukmu
Tenggelamku di
Tembangmu

Tulikanlah kedua
Telingaku
Butakanlah kedua bola
Mataku
Agar tak kulihat dan
Kudengar
Kedengkian yang
Mungkin benam

Memang aku jatuh
Dalam cengkeramanmu
Sungguh aku minta

Teruskanlah kau
Bernyanyi
Kau kudengar itu pasti
Teruskanlah kau
Bernyanyi
Dan jangan lagumu
Terhenti



Obat Awet Muda
oleh: Iwan Fals

Tante tante yang kesepian
Bertingkah seperti perawan
Berlomba lomba mencari pasangan
Persis oplet tua yang cari omprengan
Di ujung jalan
Saling berebut cari muatan

Slop dasi gaun model Paris
Eye shadow parfum impor
Duduk dibelakang stir mobil Mercedes
Pasangannya seorang pemuda
Yang jimatnya melebihi dosis
Sebesar burung belibis
Hey aku mendesis

Tuan yang merasa hidung belang
Keranjingan main perempuan
Tak peduli itu istri orang
Yang penting bisa ngasah pedang
Warisan dari nenek moyang
Pedang tajam wanita ditendang

Jangan nyonya ingat dong suami
Jangan tuan ingat anak istri
Jawab mereka apa ?
Justru itu harus kami lakukan
Mengapa harus dilakukan ?
Ndak tau ?
Karena itu karena itu

Obat awet muda



Perempuan Malam
oleh: Iwan Fals

Perempuan malam mandi di kali
Buih-buih busa shampo ketengan
Di atas kepala lewat kereta
Yang berjalan lamban nakal menggoda

Disambut tawa renyah memecah langit
Dengus kereta semakin genit

Semua noda coba dibersihkan
Namun masih saja terlihat kotor
Karena kereta kirimkan debu
Yang datang tak mampu ia tepiskan

Perempuan malam kenakan handuknya
Setelah usap seluruh tubuhnya

Reff: 

Hangatkan tubuh di cerah pagi pada matahari
Keringkan hati yang penuh tangis walau hanya sesaat
Segelas kopi sebatang rokok segurat catatan yang tersimpan
Perempuan malam menunggu malam untuk panjangnya malam

Oo... Oo.. Oo... Oo..
Oo... Oo.. Oo... Oo..

Perempuan malam di ikat tali
Di hidup di mimpi di hatinya
Aku hanya lihat dari jembatan
Tanpa mampi untuk melepaskan

Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api
Perempuan malam di pinggir jerami
Nyanyikan do'a nyalakan api

Kembali ke: Reff (fade out)



Pesawat Tempur
oleh: Iwan Fals

Waktu kau lewat aku sedang mainkan gitar
Sebuah lagu yang kunyanyikan tentang dirimu
Seperti kemarin kamu hanya lemparkan senyum
Lalu pergi begitu saja bagai pesawat tempur

Hei... kau yang manis singgahlah dan ikut bernyanyi
Sebentar saja nona, sebentar saja hanya sebentar

Rayuan mautku tak membuat kau jadi galak
Bagai seorang diplomat ulung engkau mengelak

Kalau saja aku bukanlah penganggur
sudah kupacari kau
Jangan bilang tidak, bilang saja iya...
Iya lebih baik daripada kau menangis

Penguasa...penguasa...
berilah hambamu uang
Beri hamba uang 2x

Oh.. ya andaikata dunia tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya
Oh...ya andaikata tak punya tentara
Tentu tak ada perang yang makan banyak biaya

Oh... ya andaikata dana perang buat diriku
Tentu kau mau singgah bukan cuma tersenyum
Kalau hanya senyum yang engkau berikan
Westerling pun tersenyum

Oh... singgahlah sayang ...pesawat tempurku
Mendarat mulus didalam sanubariku



PHK
oleh: Iwan Fals

Lelaki renta setengah baya
Geram di trotoar jalan
Saat panas tikam kepala
Seorang buruh disingkirkan

Bising mesin menyulut resah
Masih bisa engkau pendam
Canda anak istri di rumah
Bangkitkan kau untuk bertahan

Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......

Pesangon yang engkau kantongi 
Tak cukup redakan gundah
Tajam pisau kepalan tangan
Antarkan kau ke pintu penjara

Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......
Oh ya ya... Oh ya ya... Oh ya.......

Sedaunau nanah dari matamu
Tak mampu jatuhkan hati mereka
Serimba luka di dalam jiwa
Juga tak berarti

Hitam benak
Kini mulai akrab
Hitam benak
Isi hari-harimu

Kau tafakur di jeruji pengap
Kau menjerit coba melawan



Potret Panen + Mimpi (Wereng)
oleh: Iwan Fals

Panen tiba petani desa
Memetik harapan
Bocah bocah berlari lincah
Dipematang sawah

Padi menguning lambai menjuntai
Ramai dituai
Riuh berlagu lesung bertalu
Irama merdu

Senja datang mereka pulang
Membawa harapan
Pesta pora hama dilumbung
Nyanyikan tralala

Balai reot bambu rapuh
Menyambut tubuh
Penat raga
Sarat peluh luruh

Mata belum sempat pejam
Terbayang cemas
Gaung hama
Semakin mengganas



Puing
oleh: Iwan Fals

Puing berserakan di segenap penjuru
Bekas pertempuran
Bau amis darah di segenap penjuru
Sesak nafasku

Mayat-mayat bergeletakan
Tak terkubur dengan layak
Dan burung-burung bangkit menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

Di ujung sana banyak orang kelaparan
Ujung lainnya, wabah busung menyerang
Di sudut sana banyak orang kehilangan
Sudut lainnya bayi bertanya bimbang:

"mama kapan papah pulang?"
"mama sebab apa perang?"

Banyak jatuh korban
Dari mereka yang tak mengerti apa-apa
Suara tangis terdengar dari bekas reruntuhan
Seorang ibu muda yang baru melahirkan
Lama meratapi sesosok mayat tubuh suaminya

Dan burung burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang

Tinggi peradaban teknologi berkembang
Senjata hebat terciptakan
Sarana pembantaian semakin bisa diwujudkan
Oh, mengerikan..........

Berhentilah...
Jangan salah gunakan
Kehebatan ilmu pengetahuan untuk menghancurkan
Dan burung burung bangkai menatap liar
Dan burung-burung bangkai berdansa senang



Puing II
oleh: Iwan Fals

Perang perang lagi semakin menjadi
Berita ini hari berita jerit pengungsi
Lidah anjing kerempeng
Berdecak keras beringas
Melihat tulang belulang
Serdadu boneka yang malang
Tuan tolonglah tuan
Perang dihentikan
Lihatlah ditanah yang basah
Air mata bercampur darah

Bosankah telinga tuan
Mendengar teriak dendam
Jemukah hidung tuan
Mencium amis jantung korban
Jejak kaki para pengungsi
Bercengkrama dengan derita
Jejak kaki para pengungsi
Bercerita pada penguasa
( Bercerita pada penguasa )

Tentang ternaknya yang mati
Tentang temannya yang mati
Tentang adiknya yang mati
Tentang abangnya yang mati
Tentang ayahnya yang mati
Tentang anaknya yang mati
Tentang neneknya yang mati
Tentang pacarnya yang mati
( Tentang ibunya yang mati )
Tentang istrinya yang mati

Tentang harapannya yang mati

Perang perang lagi mungkinkah berhenti
Bila setiap negara berlomba dekap senjata
Dengan nafsu yang makin menggila
Nuklir pun tercipta
( nuklir bagai dewa )
Tampaknya sang jenderal bangga
Dimimbar dia berkata

Untuk perdamaian (bohong)
Demi perdamaian (bohong)
Guna perdamaian (bohong)
Dalih perdamaian (bohong)

Mana mungkin
Bisa terwujudkan
Semua hanya alasan
Semua hanya bohong besar
Rindu Tebal
oleh: Iwan Fals

Sewindu sudah lamanya waktu
Tinggalkan tanah kelahiranku
Rinduku tebal kasih yang kekal
Detik ke detik bertambah tebal

Pagi yang kutelusuri riuh tak bernyanyi
Malam yang aku jalani sepi tak berarti
Saat kereta mulai berjalan
Rinduku tebal tak tertahankan

Terlintas jelas dalam benakku
Makian bapak usirku kupergi
Hanya menangis yang emak bisa
Dengan terpaksa kutinggalkan desa

Seekor kambing kucuri
Milik tetangga tuk makan sekeluarga
Bapak tak mau mengerti 
Hilang satu anak tuk harga diri

Aku pergi meninggalkan coreng hitam dimuka bapak
Yang membuat malu keluargaku
Ku ingin kembali mungkinkah mereka mau terima 
Rinduku

Maafkan semua kesalahanku
Kursi kereta yang pasti tahu



Sarjana Muda
oleh: Iwan Fals

Berjalan seorang pria muda 
Dengan jaket lusuh dipundaknya 
Di sela bibir tampak mengering 
Terselip s'batang rumput liar 

Jelas menatap awan berarak 
Wajah murung s'makin terlihat 
Dengan langkah gontai tak terarah 
Keringat bercampur debu jalanan 

Reff I : 

Engkau sarjana muda 
Resah mencari kerja 
Mengandalkan ijasahmu 
Empat tahun lamanya 
Bergelut dengan buku 
'Tuk jaminan masa depan 
Langkah kakimu terhenti 
Di depan halaman sebuah jawaban 

Termenung lesu engkau melangkah 
Dari pintu kantor yang di harapkan 
Tergiang kata tiada lowongan 
Untuk kerja yang di dambakan 

Tak peduli berusaha lagi 
Namun kata sama yang kau dapatkan 
Jelas menatap awan berarak 
Wajah murung s'makin terlihat 

Reff II : 

Engkau sarjana muda 
Resah mencari kerja 
Tak berguna ijasahmu 
Empat tahun lamanya 
Bergelut dengan buku 

Sia-sia semuanya 
Setengah putus asa dia berucap 
"maaf ibu..."



Sebelum Kau Bosan
oleh: Iwan Fals

Sebelum kau bosan sebelum aku menjemukan
Tolonglah ucapkan dan tolong engkau ceritakan
Semua yang indah semua yang cantik
Berjanjilah

Ciptakanlah lagu yang kau anggap merdu dik
Nyanyikan untukku sungguh aku perlu itu
Bila kau tak suka bilang saja suka
Berjanjilah

Pergilah kau pergi
Dan janganlah kembali
Bila itu kau ingini
Kumohon jangan katakan pergi

Jarak telah jauh yang sudah kita tempuh dik
Coba pikir itu sebelum tinggalkan aku
Teruslah berdusta sampai engkau muak
Berjanjilah



Semoga Saja Kau Benar
oleh: Iwan Fals

Berbondong-bondong orang cumbui angan
dibibir pelabuhan....
Tinggalkan tanah lahirdesa tercinta
Menuju pulau sura...
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa
(Isak tangisan bayi dalam gendongan
Tak goyahkan lamunan)

(Kaum suri) kapal jangkar diangkat
Segeralah berlayar....
Selamat tinggal semua bukan aku tak cinta
Tiada lagi tersisa...bahkan mimpi kubawa

Perlahan-lahan kapal jauhi tepi
Malas mengangkut mimpi
Mercusuar dermaga dan burung camar

Selamat jalan kawan....bukan aku tak cinta
Mungkin saja kau benar.....s'moga saja kau benar



Serdadu
oleh: Iwan Fals

Isi kepala di balik topi baja
Semau serdadu pasti tak jauh berbeda
Tak peduli perwira, bintara, atau tamtama
Tetap tentara

Kata berita gagah pekasa
Apalagi sedang kokang senjata
Persetan siapa saja musuhnya
Perintah datang karang pun dihantam

Serdadu seperti peluru
Tekan picu melesat tak ragu
Serdadu seperti belati
Tak dirawat tumpul dan berkarat

Umpan bergizi, titah bapak menteri
Apakah sudah terbukti
Bila saja masih ada
Buruknya kabar burung
Tentang jatah prajurit yang dikentit

Lantang suaramu otot kawat tulang besi
Susu, telur, kacang ijo, extra gizi
Runtuh dan tegaknya keadilan negeri ini
Serdadu harus tau pasti

Serdadu baktimu kami tunggu
Tolongkantongi tampang serammu
Serdadu rabalah dada kami
Gunakan hati jangan pakai belati

Serdadu jangan mau disuap
Tanah ini jelas meratap
Serdadu jangan lemah syahwat
Ibu pertiwi tak sudi melihat



Si Tua Sais Pedati
oleh: Iwan Fals

Bergerak perlahan dengan pasti
Di jalan datar yang berlumpur
Sesekali terdengar gletar cemeti diiringi teriakan lantang
Si tua sais pedati

Derak pedati sebentar berhenti
Nampak si tua sais pedati mulai membuka bungkusan nasi
Yang dibekali sang istri
Gerak pedati lalu jalan lagi
Singgah disetiap desa

Tanpa ragu-ragu tanpa malu-malu 
Nafas segar terhembus
Dari sepasang lembu yang tak pernah merasakan
Sesak polusi

Dia tak pernah memerlukan
Dia tak pernah membutuhkan
Solar dan ganti olie
Bensin dan ganti busi
Apalagi charge aki

Dia tak pernah kebingungan
Dia tak pernah ketakutan
Apa kata orang tentang gawatnya krisis energi

Gerak pedati dan lenguh lembu
Seember rumbut dan gletar cemeti
Seakan suara azan yang di-cassete-kan
Sementara itu sang bilal pulas mendengkur



Siang Seberang Istana
oleh: Iwan Fals

Seorang anak kecil bertubuh dekil
Tertidur berbantal sebelah lengan
Berselimut debu jalanan

Rindang pohon jalan menunggu rela
Kawan setia sehabis bekerja
Siang di seberang sebuah istana
Siang di seberang istana sang raja


Reff I:
Kotak semir mungil dan sama dekil
Benteng rapuh dari lapar memanggil
Gardu dan mata para penjaga
Saksi nyata....... Yang sudah terbiasa

Tamu negara tampak terpesona
Mengelus dada gelengkan kepala
Saksikan perbedaaan yang ada

Reff II:
Sombong melangkah istana yang megah
Seakan meludah di atas tubuh yang resah
Ribuan jerit di depan hidungmu
Namun yang ku tau.... Tak terasa terganggu


Kembali ke: reff I & reff II

Gema azan ashar sentuh telinga
Buyarkan mimpi si kecil siang tadi
Dia berjalan malas melangkahkan kaki
Di raihnya mimpi di genggam tak di letakkan...
Lagi...



Sore Tugu Pancoran
oleh: Iwan Fals

Si budi kecil kuyup menggigil

Menahan dingin tanpa jas hujan

Di simpang jalan tugu pancoran

Tunggu pembeli jajakan koran

Menjelang maghrib hujan tak reda

Si budi murung menghitung laba

Surat kabar sore dijual malam

Selepas isya melangkah pulang


Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu

Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu

Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu

Dipaksa pecahkan karang, lemas jarimu terkepal


Cepat langkah waktu pagi menunggu

Si budi sibuk siapkan buku

Tugas dari sekolah selesai setengah

Sanggupkah si budi diam di dua sisi



Sugali
oleh: Iwan Fals

Sua...sua...suara berita
Tertulis dalam koran
Tentang seorang lelaki
Yang sering keluar masuk bui
Jadi buronan polisi

Dar...der...dor
Suara senapan
Sugali anggap petasan
Tiada rasa ketakutan
Punya ilmu kebal senapan
Semakin lupa daratan

Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri
Asyik lembur sampai pagi
Usai garong hambur uang peduli setan

Dig....did.....dug
Dig....did.....dug
Dig....did.....dug
Dig....did.....dug

Ramai gunjing tentang dirimu
Yang tak juga hinggap rasa jemu
Suram hari depanmu
Rasa was-was mata beringas
Menunggu datang peluru yang panas
Di waktu hari yang naas

Oo...bisik jangkrik di tengah malam
Tenggelam dalam dalam suara letusan
Kata berita dimana-mana tentang Sugali
Tak tenang lagi dan lari sembunyi
Terbirit-birit

Lihat Sugali menari di lokasi WTS kelas teri
Asyik joget samapi lecet
Genit gitik cewek binal paling busyet



Sumbang
oleh: Iwan Fals

Kuatnya belenggu besi
Mengikat kedua kaki
Tajamnya ujung belati
Menujam di ulu hati
Sanggupkah tak akan lari walau akhirnya
Pasti mati

Di kepala tanpa baja di
Tangan tanpa senjata
Akh itu soal biasa yang
Singgah di depan mata kita

Lusuhnya kain bendera di
Halaman rumah kita
Bukan satu alasan untuk kita tinggalkan
Banyaknya persoalan yang datang tak
Kenal kasian menyerang dalam gelap

Memburu kala haru dengan
Cara main kayu
Tinggalkan bekas biru lalu
Pergi tanpa ragu
Setan-setan politik kan datang mencekik
Walau dimasa pacekik tetap mencekik

Apakah slamanya politik itu kejam?
Apakah selamanya dia datang
'Tuk menghantam?
Ataukah memang itu yang sudah
Digariskan?
Menjilat, menghasut, menindas
Memperkosa hak-hak sewajarnya

Maling teriak maling sembunyi balik
Dinding pengecut lari terkencing-kencing
Tikam dari belakang lawan lengah
Diterjang lalu sibuk mencari kambing
Hitam

Selusin kepala tak berdosa
Berteriak hingga serak didalam ngeri
Yang congkak lalu senang dalang
Tertawa...he...he...he...he...



Sunatan Massal
oleh: Iwan Fals

Bukan lantaran kerjaan brutal
Ujungnya daging harus dipenggal
Di bumi insan makin berjejal
Hingga terjadi sunatan massal

Tersenyum ramah si bapak mantri
Kerja borongan dapat rejeki
Berbondong bondong bocah sekompi
Mesti dipotong ya disunatin

Si bapak mantri bukannya bengis
Meskipun tampak sedikit sadis
Kerinyut hidung bocah meringis
Sedikit tangis anunya diiris

Buyung menginjak masa remaja
Seiring doa ayah dan bunda
Sebagai bekal masa depannya
Agar menjadi anak yang berguna

Hei sunatan massal
Aha aha
Sunatan massal
Aha aha
Ditonton orang berjubal jubal
Banyak tercecer sepatu dan sandal

Hei hari bahagia
Aha aha
Bersuka ria
Aha aha
Ada yang berjoget tari India
Stambul cha-cha dan tari rabana

Hei sunatan massal
Aha aha
Ditonton orang
Sunatan massal berjubal jubal
Banyak tercecer sepatu dan sandal



Surat Buat Wakil Rakyat
oleh: Iwan Fals

Untukmu yang duduk sambil diskusi

Untukmu yang biasa bersafari

Di sana, di gedung dpr

Wakil rakyat kumpulan orang hebat

Bukan kumpulan teman teman dekat

Apalagi sanak famili


Di hati dan lidahmu kami berharap

Suara kami tolong dengar lalu sampaikan

Jangan ragu jangan takut karang menghadang

Bicaralah yang lantang jangan hanya diam


Di kantong safarimu kami titipkan

Masa depan kami dan negeri ini

Dari sabang sampai merauke


Saudara dipilih bukan dilotre

Meski kami tak kenal siapa saudara

Kami tak sudi para juara

Juara diam, juara he'eh, juara ha ha ha......


Wakil rakyat seharusnya merakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Jangan tidur waktu sidang soal rakyat

Wakil rakyat bukan paduan suara

Hanya tahu nyanyian lagu "setuju......"



Tak Biru Lagi Lautku
oleh: Iwan Fals

Hamparan pasir
Tampak putih berbuih
Kala sisa ombak merayap
Hamparan pasir
Terasa panas menyengat
Di telapak kaki yang berkeringat

Camar camar hitam
Terbang rendah melayang
Di sekitar perahu nelayan
Daun kelapa
Elok saat melambai
Mengikuti arah angin

Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan
Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan

Gurau mereka
Oh memang akrab dengan alam
Kudengar dari kejauhan
Dan batu batu karang
Tertawa ramah bersahabat
Memaksa aku tuk bernyanyi

Tampak ombak
Kejar mengejar menuju karang
Menampar tubuh pencari ikan
Semilir angin berhembus
Bawa dendang unggas laut
Seperti restui jala nelayan

Itu dahulu
Berapa tahun yang lalu
Cerita orang tuaku
Sangat berbeda
Dengan apa yang ada

Tak biru lagi lautku
Tak riuh lagi camarku
Tak rapat lagi jalamu
Tak kokoh lagi karangku
Tak buas lagi ombakmu
Tak elok lagi daun kelapaku
Tak senyum lagi nelayanku
Tak senyum lagi nelayanku



Tarmijah Dan Problemnya
oleh: Iwan Fals

Cerita duka pembantu rumah tangga
Harga Tarmijah sebulan delapan ribu rupiah

Di pagi buta sedang pulas tidur kita
Neng Tarmijah sudah bangun lalu bekerja

Siapkan sarapan
Bersihkan halaman
Siapkan pakaian
Seragam sekolah untuk anak majikan

Setelah beres Tarmijah dipanggil nyonya
Pergi ke pasar belanja ini hari

Asin sedikit Tarmijah di caci maki
Masakan lezat tak pernah di puji

Oh sudah pasti keki
Namun hanya disimpan dalam hati

Di malam minggu anak majikan berdandan
Sambut sang pacar itu suatu kewajiban

Nona Tarmijah tak mau ketinggalan
Lalu berdandan siap untuk berkencan

Nyonya majikan lihat Tarmijah berkencan
Di muka rumah terhalang pagar halaman

Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam
Nyonya naik pitam
Tarmijah kena hantam

Tarmijah K.O.
Tarmijah K.O.



Teman Kawanku Punya Teman
oleh: Iwan Fals

Kawanku punya teman temannya punya kawan
Mahasiswa terakhir fakultas dodol
Lagaknya bak professor pemikir jempolan
Selintas seperti sibuk mencari bahan skripsi

Kacamata tebal maklum kutu buku
Ngoceh paling jago banyak baca Kho Ping Hoo
Bercerita temanku tentang kawan temannya
Nyatanya skripsi beli oh di sana

Buat apa susah susah bikin skripsi sendiri
Sebab ijazah bagai lampu kristal yang mewah
Ada di ruang tamu hiasan lambang gengsi
Tinggal membeli tenang sajalah

Saat wisuda datang
Dia tersenyum tenang
Tak nampak dosa di pundaknya

Sarjana begini
Banyakkah di negeri ini
Tiada bedanya dengan roti

Menangis orang tua
Lihat anaknya bangga
Lahirlah sudah si jantung bangsa

Aku hanya terdiam
Sambil kencing diam diam
Dengar kisah temanku punya kawan



Tikus Tikus Kantor
oleh: Iwan Fals

Kisah usang tikus-tikus kantor
Yang suka berenang disungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji
Lalu sembunyi dibalik meja
Teman sekerja
Didalam lemari dari baja

Kucing datang 
Cepat ganti muka
Segera menjelma
Bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tidak terbukti ah
Tentu sikat lagi

Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus-rakus bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang
Tikus menghilang

Kucing-kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor
Datang men-teror
Cerdik licik
Tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing
Pura-pura mendelik

Tikus tahu sang kucing lapar
Kasih roti jalanpun lancar
Memang sial sang tikus teramat pintar
Atau mungkin sikucing yang kurang
Ditatar !



Tince Sukarti Binti Mahmud
oleh: Iwan Fals

Tince sukarti binti mahmud
Kembang desa yang berwajah lembut
Kuning langsat warna kulitnya maklum
Ayah arab ibunda cina

Tince sukarti binti mahmud
Ikal mayang engkau punya rambut
Para jejaka takkan lupa
Kerling nakal karti memang menggoda

Jangankan lelaki muda terpesona yang
Tua jompopun gila
Sejuta cinta antri dimeja berada
Sukarti hanya tertawa

Bibirmu hidungmu indah menyatu
Tawamu suaramu terdengar merdu
Tince sukarti hooby memang dia 
Bernyanyi
Qasidah rock & roll
Dangdut keroncong ia kuasai...

Tince sukarti ingin menjadi
Seorang penyanyi
Primadona beken neng karti selalu
Bermimpi

Ibu bapaknya enggan memberi restu
Walau sang anak merayu
Tince sukarti dasar kepala batu
Kemas barang dan berlalu

Tince sukarti berlari mengejar mimpi
Janji makelar penyanyi orbitkan sukarti
Jani sukarti hati persetan harga diri
Kembang desa layu tak lagi wangi
Seperti dulu



Tolong Dengar Tuhan
oleh: Iwan Fals

Oh Tuhan
Apakah kau dengar?
Jerit umatmu
Diselah tebalnya debu
Oh Tuhan
Adakah kau murung?
Melihat beribu wajah berkabung
Disisa gelegar Galunggung

Oh Tuhan
Tamatkan saja
Cerita pembantaian orang desa
Yang jelas hidup tak manja
Oh Tuhan
Katanya engkau maha bijaksana
Tolong Galunggung pindahkan ke kota
Dimana tempat segala macam dosa

Berat beban kau datangkan
Pada mereka disana
Cela apa nista apa
Hingga engkau begitu murka
Sungguh ku tak mengerti
Hingar tangis karena adabmu
Setiap detik duka berpadu
Semakin keras jerit tak puas
Dari mereka yang resah bertanya
Adilkah keputusanmu?

Acap kali rintih memaki
Setiap duka tuding Ilahi
Jangan salahkan kecewa kami
Bosan dalam irama takdirmu
Walau ku tak terganggu
Bukankah kau maha tahu
Pengasih penyayang
Namun mengapa selalu saja
Itu hanya cerita

Oh Tuhan
Tolong hentikan
Oh Tuhan
Dengar rintihan

Amuk lahar yang datang hanguskan bumi
Tinggalkan arang penghuni desa pergi
Gemuruh batu hancurkan saudaraku
Ulurkan tangan bantulah sesamamu

Tuhan
Salah apakah mereka?



Ujung Aspal Pondok Gede
oleh: Iwan Fals

Di kamar ini aku dilahirkan

Di bale bambu buah tangan bapakku

Di rumah ini aku dibesarkan

Dibelai mesra lentik jari ibuku

Nama dusunku ujung aspal pondok gede

Rimbun dan anggun

Ramah senyum penghuni dusunku


Kambing sembilan motor tiga

Bapak punya

Ladangnya luas habis sudah sebagai gantinya


Sampai saat tanah moyangku

Tersentuh sebuah rencana

Demi serakahnya kota

Terlihat murung wajah pribumi

Terdengar langkah hewan bernyanyi


Di depan masjid

Samping rumah wakil pak lurah

Tempat dulu kami bermain

Mengisi cerahnya hari


Namun sebentar lagi

Angkuh tembok pabrik berdiri

Satu persatu sahabat pergi

Dan tak kan pernah kembali



Yakinlah (feat. Elly Sunarya)
oleh: Iwan Fals

Nyanyikanlah lagu indah
Hanyalah untukku
Saat temaram datang ketuk hati

Tolong kau dendangkan
Usaplah nurani
Agar tak kelam

Sekali lagi kuminta
Coba kau nyanyikan
Semoga dapat kurasa ikhlasmu

Pasti kan kudengar
Pasti kuresapi
Kasih yakinlah

Bukan ku tak mau mengalunkan laguku
Kutakut menyakiti telingamu
Bukan aku enggan memainkan gitarku
Sebab cinta bukan hanya nada

Kalau kita saling percaya
Tak perlu nada tak perlu irama
Berjalanlah hanya dengan diam

Sekali lagi kuminta
Coba kau nyanyikan
Semoga dapat kurasa ikhlasmu

Pasti kan kudengar
Pasti kuresapi
Kasih yakinlah

Bukan ku tak mau mengalunkan laguku
Kutakut menyakiti telingamu
Bukan aku enggan memainkan gitarku
Sebab cinta bukan hanya nada

Kalau kita saling percaya
Tak perlu nada tak perlu irama
Berjalanlah hanya dengan diam
Melangkahlah hanya dengan diam



Yang Terlupakan
oleh: Iwan Fals

denting piano
kala -jemari menari
nada merambat pelan
di kesunyian malam
saat datang rintik hujan
bersama setiap bayang
yang pernah terlupakan

hati kecil berbisik
untuk kembali padanya
s'ribu kata menggoda
s'ribu sesal di depan mata
seperti menjelma
saat aku tertawa
kala memberimu dosa

ooo...maafkanlah
ooo...maafkanlah

reff:
rasa sesal di dasar hati
diam tak mau pergi
haruskah aku lari dari
kenyataan ini
pernah kumencoba tuk sembunyi
namun senyummu
tetap mengikuti



Yang Tersendiri
oleh: Iwan Fals

Terhempas ku terjaga dari lingkar mimpi
Pada titik sepi
Suaramu terngiang menembus khayalku
Yang juga tentangmu

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau

Bayangmu menghantui setiap gerakku
Dan kemauanku
Dahagaku akanmu matikan emosi
Juga ambisiku

Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau
DAFTAR LAGU




Iwan Fals
1. 2 Menit 10 Detik
2. 22 Januari
3. Ada lagi yang mati
4. Aku antarkan
5. Aku bukan pilihan
6. Aku sayang kamu
7. Ambulance zig zag
8. Ancur
9. Antara aku kau dan bekas pacarmu
10. Asmara tak secengeng yang kau kira
11. Balada orang orang pedalaman
12. Barang antik
13. Bento
14. Berikan pijar matahari
15. Bongkar
16. Buku ini aku pinjam
17. Bung Hatta
18. Celoteh camar tolol dan cemar
19. Damai kami sepanjang hari
20. Engkau tetap sahabatku
21. Entah
22. Ethiopia
23. Galang Rambu Anarki
24. Guru Oemar Bakri
25. Guru Zirah
26. Ibu
27. Ijinkan aku menyayangimu
28. Isi rimba tak ada tempat berpijak lagi
29. Jalan panjang yang berliku
30. Jangan bicara
31. Jangan tutup dirimu
32. Jendela kelas Satu
33. Kemesraan
34. Kereta tiba pukul berapa
35. Kontrasmu bisu
36. Kumenanti seorang kekasih
37. Kupaksa untuk melangkah
38. Lancar
39. Lonteku
40. Maaf cintaku
41. Mata indah bola pimpong
42. Nak
43. Neneku okem
44. Nona
45. Nyanyianmu
46. Obat awet muda
47. Perempuan malam
48. Pesawat tempur
49. PHK
50. Potret panen mimpi wereng
51. Puing
52. Puing II
53. Rindu tebal
54. Sarjana muda
55. Sebelum kau bosan
56. Semoga saja kau benar
57. Serdadu
58. Si tua sais pedati
59. Siang seberang istana
60. Sore tugu pancoran
61. Sugali
62. Sumbang
63. Sunatan massal
64. Surat buat wakil rakyat
65. Tak biru lagi lautku
66. Tarmijah dan problemnya
67. Teman kawanku punya teman
68. Tikus tikus kantor
69. Tince sukarti binti mahmud
70. Tolong dengar Tuhan
71. Ujung aspal pondok gede
72. Yakinlah
73. Yang terlupakan
74. Yang tersendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar